Bisnis.com, JAKARTA - Uber diperkirakan akan mulai memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek New York pada Jumat (10/5/2019). Perusahaan itu telah menerima permintaan penjualan senilai US$9 miliar saham melalui kesepakatan yang akan melambungkan nilai bisnis tersebut mencapai US$84 miliar.
Aksi korporasi ini kemungkinan besar akan masuk ke dalam daftar 10 besar initial public offering (IPO) dengan nilai tertinggi sepanjang masa di Amerika Serikat (AS).
Tahun lalu, Uber mencatatkan kerugian operasional sebesar US$3 miliar dan laju pertumbuhan terus melemah pada kuartal terakhir, yang mengindikasikan bahwa perusahaan harus mengejar selisih margin untuk mencetak keuntungan.
Dalam pengajuan IPO, Uber menyatakan pihaknya telah membayar tagihan insentif untuk pengemudi senilai US$837 juta sepanjang tahun lalu.
Adapun dalam kolom risiko yang tertera pada laporan pengajuan, perusahaan mengatakan bahwa mereka berupaya untuk mengurangi insentif pengemudi guna meningkatkan kondisi keuangan perusahaan.
Target laba yang ditetapkan Uber telah membuat pengemudi semakin khawatir, apalagi mereka merasa tidak dihargai oleh platform ride-hailing tersebut.
Baca Juga
Dalam sebuah pernyataan, Serikat Pekerja Independen Inggris Raya menyebut model bisnis Uber tidak ideal.
"IPO Uber akan menjadi sebuah pesta keserakahan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketika investor menguangkan salah satu model bisnis paling kejam yang pernah muncul dari Silicon Valley," ujar penyelenggara protes di Inggris, Yaseen Aslam, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Bloomberg, Rabu (8/5/2019).