Bisnis.com, JAKARTA - Stabilnya permintaan global untuk batu bara kalori rendah dan menengah menimbulkan kekhawatiran bagi pasar bahwa produksi dari Indonesia bakal meningkat.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan Indonesia masih menjadi eksportir batu bara thermal terbesar dunia. Oleh karena itu, produksi batu bara dalam negeri bisa menjadi sentimen yang menekan harga.
"Ada kekhawatiran produksi kita berlimpah di kuartal II dan puncaknya kuartal II. Kalau itu terjadi, harga bisa tertekan lagi," tuturnya kepada Bisnis, Selasa (7/5/2019).
Dia mengatakan permintaan batu bara kalori rendah dan menengah oleh China dari Indonesia sudah mulai membaik. Selama kuota impor China belum penuh, pasokan batu bara dari Indonesia dipastikan selalu tersedia.
Hendra mengungkapkan kuota impor China berada pada kisaran 250 juta ton. Dari jumlah tersebut, Indonesia memenuhi sekitar 45%-nya.
"Permintaan batu bara Indonesia memang masih bagus sih, tapi kalau produksi kita nanti gak terkontrol susah juga untuk harga," ujarnya.
Menurutnya, batu bara asal Indonesia memiliki keunggulan dengan tingkat sulfur yang rendah. Tidak jarang batu bara tersebut dicampur dengan batu bara Australia yang tingkat sulfurnya lebih tinggi.