Bisnis.com, JAKARTA - Hitungan progres pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) mengalami penurunan seiring dengan adanya perubahan teknologi dan nilai proyek.
Hingga Februari 2019, progres pembangunan smelter PTFI sebesar 3,86%. Padahal, tahun lalu catatannya telah lebih dari 4%.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan penurunan progres tersebut disebabkan berubahnya teknologi yang dipakai dari sebelumnya Mitsubishi menjadi Outotec. Adapun investasinya berada di kisaran US$2,8 miliar untuk kapasitas sebesar 2 juta ton konsentrat per tahun.
"Karena investasinya lebih besar, maka pembaginya lebih besar juga, sehingga dari yang kemarin sempat 4% lebih kita konversikan jadi turun," ujarnya, Senin (6/5/2019).
Menurut Yunus, perubahan tersebut merupakan urusan bisnis PTFI. Yang jelas, baik Mitsubishi maupun Outotec sudah memiliki teknologi yang terbukti.
Sebelumnya, pihak Freeport-McMoRan Inc. sebagai salah satu pemegang saham PTFI mengatakan investasi smelter PTFI pada tahun ini diperkirakan masih di bawah U$100 juta dan akan naik hingga kisaran US$500 juta pada 2020.
CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson menyatakan pihaknya sudah berkomitmen untuk mempercepat pembangunan smelter, khususnya setelah ada perjanjian lanjutan dengan Pemerintah Indonesia pada Desember 2018.
Terkait dengan pembangunan smelter bersama PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PTAMNT) yang sempat mengemuka, Adkerson mengatakan hal tersebut sudah tidak menjadi prioritas lagi. Pasalnya, PTAMNT juga tengah membangun smelter di Sumbawa.
"Kami tetap fokus di Gresik dan terus berkomunikasi dengan mereka [PTAMNT] apakah mereka akan bergabung dengan kami di sana," tuturnya.