Bisnis.com, JAKARTA - Guna mendorong regenerasi petani kopi Perhutanan Sosial di Garut, Jawa Barat, pendamping paguyuban tani Sunda Hejo akan membangun sekolah kopi.
Ilham Faturrahman, pendamping perhutanan sosial paguyuban tani Sunda Hejo menyampaikan ide awal pembangunan sekolah kopi ini berangkat dari minimnya minat anak petani kopi binaannya untuk melanjutkan jejak orang tua mereka menjadi petani kopi.
“Hampir 60% anak dari petani kopi binaan saya itu, tidak mau bantu di kebun. Ini problem baru [perhutanan sosial] bagaimana terkait regenerasi petani ke depan sedangkan surat keputusan Perhutanan Sosial kan 35 tahun,” tutur Ilham kepada Bisnis, baru-baru ini.
Untuk diketahui, paguyuban tani Sunda Hejo merupakan Kelompok Tani Hutan (KTH) Perhutanan Sosial di Garut, Jawa Barat dengan komoditas utama yang dikembangkan adalah Kopi Arabika.
Dia menjelaskan Sekolah Kopi yang akan dibangun tersebut nantinya akan berbentuk sekolah non-formal yang tujuannya untuk mengedukasi anak-anak petani kopi tentang nilai ekonomi yang bisa dihasilkan dari perkebunan kopi.
“Sekolah kopi non-formal, dengan misi untuk meningkatkan minat dan memberi edukasi kepada para generasi penerus petani kopi bahwa budi daya kopi itu ada nilai ekonominya yang besar,” tandasnya.
Ilham menilai, regenerasi petani khususnya petani yang memiliki izin konsesi perhutanan sosial perlu diperhatikan. Apalagi, umur rata-rata petani binaannya saat ini lebih dari 40 tahun.
Tak hanya itu, menurutnya masalah regenerasi petani pemegang izin konsesi perhutanan sosial bisa jadi tidak hanya ditemui di daerahnya, tetapi bisa juga dialami pada wilayah perhutanan sosial lainnya, mengingat pemerintah sudah memberikan izin perhutanan sosial sebanyak 2,63 juta hektare (per 22 April 2019).
“Kita kan enggak tahu [soal] umur petani [ke depan] itu gimana, [semakin bertambah ukur] berpotensi produktivitasnya akan turun, sedangkan sekitar 60% anak-anak petani binaan saya berpotensi tidak melanjutkan dan ini bisa terjadi di mana saja,” lanjutnya.
Sementara itu, Mudrajad Kuncoro, Akademisi dari Universitas Gadjah Mada menilai sisi regenerasi petani perlu didorong dengan mengembangkan sisi industri kopi di hilir.
“Misalnya petani kopi, anaknya di zaman Revolusi 4.0 ini ya buka kafe atau kedai kopi, kan tanaman pokok yang dihasilkan orang tuanya bisa nyambung dengan usaha atau bisnis anaknya di hilir, itu yang kami dorong,” kata Mudrajad beberapa waktu lalu.