Bisnis.com, JAKARTA — Kapasitas produksi industri alas kaki nasional terus bertambah seiring dengan aliran investasi yang terus mengalir dari dalam dan luar negeri. Hal tersebut berdampak signifikan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja dan devisa ekspor Indonesia.
Kementerian Perindustrian menyatakan akan konsisten dalam proses penghiliran industri untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, khususnya alas kaki. Kementerian menilai proses tersebut dapat memberikan efek positif seperti peningkatan pada penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa ekspor.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan telah masuk investasi baru pada industri alas kaki senilai Rp12,8 triliun pada tahun lalu atau naik tipis 5,78% secara tahunan. Alhasil, Airlangga yakin kapasitas produksi industri alas kaki nasional akan meningkat.
“Capaian tahun lalu merupakan pertumbuhan tertinggi selama tujuh tahun terakhir. Ini tanda juga bahwa iklim usaha di Indonesia masih tetap kondusif seiring dengan tekad pemerintah untuk terus memberikan kemudahan perizinan usaha dan insentif yang menarik,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (2/5/2019).
Airlangga menambahkan bahwa pihaknya menjadikan industri alas kaki sebagai salah satu sektor prioritas yang akan didorong pada tahun ini bersama industri tekstil dan pakaian, selain industri otomotif, kimia, elektronika, dan makanan dan minuman. Pasalnya, lanjutnya, industri alas kaki tergolong industri padat karya dan berorientasi ekspor.
Airlangga mengutarakan pihaknya optimistis pertumbuhan majemuk nilai ekspor produk alas kaki nasional pada 2019—2023 mencapai 11,37% atau menjadi US$10 miliar pada 2023. Menurutnya, salah satu pendorong pertumbuhan tersebut adalah perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif (CEPA) dengan Australia dan European Free Trade Association (EFTA).
Baca Juga
“Untuk industri alas kaki, komoditas besarnya yang mampu memenuhi pasar ekspor adalah sepatu olahraga. Kontribusi sepatu olahraga melampaui 50% pada 2018, yaitu senilai US$2,8 miliar. Kemudian diikuti sepatu teknik lapangan kebutuhan industri serta alas kaki keperluan sehari-hari,” ungkapnya.
Tujuan utama pasar ekspor produk alas kaki nasional yakni antara lain Amerika Serikat, China, Jepang, dan Belgia. Maka dari itu, Indonesia untuk menjadi eksportir ke-6 terbesar dunia untuk produk alas kaki, setelah China, Vietnam, Jerman, Belgia dan Turki,” tandasnya.
Selain itu, lanjutnya, industri alas kaki memiliki potensi yang cukup besar seperti jumlah industri alas kaki yang mencapai 665 perusahaan dengan kapasitas produksi menembus 1,41 miliar pasang sepatu. Kemenperin mencatat industri alas kaki di dalam negeri atau berkontribusi 4,6% dari total produksi sepatu dunia.
“Ini menjadi potensi untuk memperluas pasar ekspor bagi produk manufaktur kita. Dengan Australia, kita sedang menunggu ratifikasi parlemen dari kedua pihak,” imbuhnya.