Bisnis.com, JAKARTA – China berjanji akan memperbaiki pengaturan pembiayaan untuk proyek-proyek di sepanjang jaringan infrastruktur Belt and Road.
Langkah ini menanggapi kritik bahwa inisiatif tersebut memicu pembengkakan utang serta membebani negara-negara berkembang dengan pinjaman yang tidak dapat mereka bayar.
“People's Bank of China akan membangun sistem pembiayaan dan investasi terbuka yang berorientasi pasar,” ujar Gubernur People's Bank of China (PBOC) Yi Gang dalam sambutan singkat di KTT Belt and Road kedua untuk Kerjasama Internasional yang digelar di Beijing, Kamis (25/4/2019).
Komentar Yi serupa dengan pernyataan Menteri Keuangan Liu Kun, serta sesuai dengan upaya baru pemerintah China untuk memoles citra kebijakan luar negeri Presiden Xi Jinping. China dituding menjadikan utang sebagai upaya meningkatkan pengaruh atas negara-negara tetangganya.
Pemerintah China pun melakukan perubahan pada inisiatif itu dengan mengurangi retorikanya dan memperketat pengawasan.
Menurut Liu Kun, Kementerian Keuangan China akan bekerja sama dengan negara-negara lain guna membangun sistem pembiayaan dengan kualitas dan standar tinggi untuk inisiatif Belt and Road yang akan berorientasi pasar.
“Pemerintah akan merilis kerangka analisisnya untuk keberlanjutan utang pada Kamis. Lembaga-lembaga keuangan China telah menyediakan lebih dari US$440 miliar untuk pembangunan Belt dan Road,” tutur Liu Kun.
“Pendanaan pemerintah terutama ditujukan untuk menggunakan modal dari sektor swasta, yang berarti pembiayaan sektor swasta akan menjadi kekuatan utama sementara pendanaan pemerintah hanya akan memainkan peran penuntun,” lanjut Liu, seperti dikutip Bloomberg.
Seperti diketahui, program One Belt One Road (OBOR) atau yang kemudian disebut sebagai Belt and Road Initiative (BRI) digagas China untuk membuka keran konektivitas dagang antarnegara di Eropa dan Asia melalui jalur sutra maritim.
Sebanyak 37 pemimpin dunia menghadiri KTT Belt and Road pada 25-27 April di Beijing di antaranya untuk membahas pembiayaan proyek pembangunan.