Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina (Persero) menyatakan impor minyak mentah dari Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
VP Corporate Communication Fajriyah Usman mengatakan impor minyak biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan merupakan aktivitas rutin.
"Memang ini adalah cargo pertama dari Amerika Serikat. Tapi ini hal yang rutin. Kami juga impor kan dari Australia, Nigeria, Arab Saudi untuk berbagai macam jenis crude," katanya, kepada Bisnis, Rabu (24/4/2019).
Menurutnya, aktivitas impor minyak dari Amerika Serikat bukan hal istimewa, mengingat Pertamina berupaya mencari harga minyak yang lebih kompetitif.
Lewat pembelian ini, sambungnya, memungkinkan Pertamina mendiversifikasi pasokan minyak mentahnya, sehingga tidak bergantung pada sumber-sumber saat ini.
Pertamina sebelumnya dikabarkan telah membeli minyak mentah pertamanya dari Amerika Serikat. Kargo yang membawa minyak tersebut diperkirakan tiba di salah satu kilang perusahaan pelat merah itu, pada Juni mendatang.
Baca Juga
Dikutip dari Reuters, informasi itu berasal dari seorang sumber yang mengetahui persoalan tersebut, Rabu (24/4/2019). Menurut sumber itu, Pertamina sudah membeli kargo dalam sebuah tender karena tawaran minyak AS lebih kompetitif dibandingkan dengan penawaran minyak mentah Afrika.
Lewat pembelian ini, sambungnya, memungkinkan Pertamina mendiversifikasi pasokan minyak mentahnya, sehingga tidak bergantung pada sumber-sumber saat ini. Sementara itu, terkait dengan kabar ini, Pertamina belum memberikan konfirmasi.
Merdasarkan data Refinitiv Eikon, pengiriman hampir 600.000 barel minyak mentah West Texas Intermediate Midland pesanan Pertamina itu, telah dimuat ke kapal tanker Aframax China Dawn di terminal Enterprise Houston, pada 20 April lalu. Selanjutnya, kapal kargo tersebut dijadwalkan tiba di kilang minyak Cilacap pada 7 Juni mendatang.
Sebagai informasi, Indonesia merupakan negara Asia terbaru yang mengimpor minyak mentah dari AS. Pertumbuhan produksi minyak serpih yang signifikan di AS, telah memungkinkan negara itu mengirimkan komoditas itu ke sejumlah konsumen di kawasan Asia dan Eropa dengan harga lebih kompetitif.
Sementara itu, harga minyak jatuh pada perdagangan Rabu (24/4/2019), di tengah sinyal memadainya pasokan minyak global. Walaupun, sebuah lonjakan harga terjadi pada pekan ini karena dorongan sanksi AS yang lebih ketat kepada Iran.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 14.04 WIB, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 0,74% atau 0,31 poin ke level US$65,99 per barel, sedangkan harga minyak Brent melemah 0,39% atau 0,29 poin ke level US$74,22 per barel.
Harga minyak mentah sempat naik ke level tertinggi 2019 pada awal pekan ini, usai AS menyatakan, Senin (22/4) akan mengakhiri semua keringanan sanksi Iran. Dalam hal ini, AS menuntut negara-negara menghentikan pembelian minyak dari Teheran pada Mei mendatang. Jika tidak, Paman Sam sudah menyiapkan sanksi.
Sejumlah analis mengatakan, pasar minyak global tetap mendapatkan pasokan yang cukup untuk saat ini. Hal ini berkat kapasitas cadangan yang cukup dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), Rusia, dan Amerika Serikat.