Bisnis.com, JAKARTA - PT Blue Bird Tbk. (BIRD) menginvetasikan hampir Rp40 miliar untuk membuka layanan taksi reguler dan premium menggunakan 30 unit mobil listrik yang akan mulai beroperasi pada Mei 2019.
Investasi tersebut digunakan pula untuk membuat 12 unit stasiun pengisian listirk (SPL) di Kantornya dan rencananya akan menambah 3 SPL lainnya di depan Kantor Pusat Blue Bird Group di Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Direktur BIRD Adrianto Djokosoetono menuturkan, pihaknya mengalokasikan dana tersebut guna kebutuhan penelitian dan pengembangan mobil listrik untuk kepentingan angkutan taksi.
Menurutnya, saat membeli 25 unit mobil listrik BYD e6 A/T dan 4 unit mobil listrik Tesla Model X 75D AIT pihaknya membeli dengan harga berkali-kali lipat dari harga mobil pada umumnya. Dengan demikian, walaupun biaya bahan bakarnya lebih murah, ongkos belanjanya tetap lebih tinggi.
"Kita belum bisa tentukan sekarang [tambahan unit], karena 30 unit ini yang pertama menjadi katalis bagi kita utk melakukan hitungan yang lebih rinci operasional, maintenance, kapasitas, ruang lingkupnya, dan kapasitas baterai yang cocok dijadikan baik kendaraan pribadi maupun umum," katanya, Senin (22/4/2019).
Dia menerangkan, memang sengaja menggunakan dana penelitian untuk membeli 30 unit mobil listrik ini supaya dapat bekerja sama dengan pabrik mobil listrik baik pembuat mobil tersebut atau pabrikan lainnya guna membuat spesifikasi mobil listrik yang lebih masuk akal.
"Kalau spesifikasinya yang feasible baru kami bisa bicara, baru kami bisa hitung berapa investasi yang akan kami gelontorkan untuk mencapai angka yang membuat dampak di Jakarta khususnya untuk udara tanpa emisi," tuturnya.
Dia menggunakan dua pabrikan untuk penelitiannya, yakni BYD asal China dan Tesla asal Inggris karena menggunakan kemudi di sisi kanan seperti di Indonesia.
"Kami perlu pastikan kualitasnya sudah teruji. Kedua jenis kendaraan ini sudah teruji di luar negeri, sudah dipakai untuk kendaraan umum juga. Jadi kami melakukan uji itu dengan catatan tentunya pembicaraan kami dengan pabrikan salah satunya untuk mendesain dan membuat produk yang skala liabilitasnya sesuai dengan market Indonesia," jelasnya.
Dengan begitu, pelanggan tidak perlu membayar lebih tinggi sehingga kompensasi selisih antara harga bensin dengan harga listrik bisa saling menutupi.