Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku Industri Kehutanan menyampaikan rata-rata hasil produksi kayu bulat pada Januari-Februari 2019 turun sebesar 21% dibanding rerata produksi kayu bulat pada 2018.
Purwadi Soeprihanto, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusahan Hutan Indonesia (APHI) menyampaikan rata-rata produksi kayu bulat pada tahun lalu sebesar 3,91 juta m3 per bulan.
"Rerata produksi kayu bulat pada 2018 sekitar 3,91 juta m3 , jadi kalau dikonversi ke 2 bulan menjadi 7,83 juta m3. Kalau dibandingkan dengan produksi Januari - Februari 2019 [Data PHPL KLHK] sebesar 6,22 juta m3, berarti pada periode yang sama turun 21%," jelasnya kepada Bisnis, Senin (8/3).
Dia melanjutkan turunnya produksi kayu bulat pada dua bulan awal tahun ini dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan pasokan bahan baku ke industri.
"Karena melemahnya permintaan produk kayu olahan dunia dari Indonesia," kata Purwadi kepada Bisnis, Senin (8/3/2019).
Dia menilai melemahnya permintaan pasar global terhadap produk olahan kayu dunia masih terpengaruh oleh Perang Dagang AS-China
"Perang dagang AS-China masih membayangi kinerja negara-negara utama pengekspor produk kayu olahan dunia," jelasnya.
Berdasarkan data Dokumen V-Legal ke Seluruh Dunia oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Kuartal I tahun ini total nilai ekspor produk kayu olahan adalah US$2,82 miliar.
Nilai ekspor tersebut mengalami penurunan sebesar 8,14% atau US$250 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu (US$3,07 miliar).
Purwadi mengatakan pihaknya berharap permintaan produk kayu olahan dunia di kuartal/II dan seterusnya dapat melonjak.
"Sehingga bisa mendorong kinerja produksi kayu bulat dan produk kayu olahan Indonesia," tandasnya.