Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menyatakan perlu ada terobosan dalam kebijakan untuk mendorong kegiatan eksplorasi yang masih minim.
Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli mengatakan investasi di sektor pertambangan mineral dan batu bara didominasi oleh smelter. Adapun eksplorasi yang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan tambang, termasuk bahan baku smelter, justru masih sangat terbatas.
"Kita harus bisa menarik investasi terutama di bidang eksplorasi. Kami selalu mengarahkan agar ada aturan yang lebih bisa menarik investor," ujarnya, saat mengunjungi kantor Bisnis Indonesia, Senin (8/4/2019).
Dia menjelaskan kegiatan eksplorasi memiliki risiko yang sangat tinggi. Tingkat keberhasilannya pun tergolong rendah sekitar 3%-5% tergantung lokasinya. Selain itu, waktu yang dibutuhkan pun bisa mencapai 10 tahun sebelum perusahaan bisa meningkatkan kegiatannya ke tahap operasi produksi.
Menurutnya, tidak sedikit perusahaan yang melakukan eksplorasi dan gagal karena cadangannya tidak ekonomis. Padahal, dana yang telah dikeluarkan bisa mencapai puluhan juta dolar AS.
"Tambang itu industri jangka panjang dan perlu investor yang mau berkomitmen untuk jangka panjang juga. Terserah investornya mau dari BUMN atau swasta. Selama aturannya menarik, mereka pasti mau masuk," tuturnya.
Apabila kegiatan eksplorasi masih stagnan seperti sekarang ini, neraca cadangan mineral dan batu bara Indonesia dikhawatirkan bakal kian tergerus. Rizal mencontohkan cadangan batu bara hanya akan bertahan sekitar 60-65 tahun saja apabila tidak ada penambahan dari kegiatan eksplorasi.