Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor China Tanam Modal Rp6 Triliun untuk Pabrik Tekstil

Investasi di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) bertambah dengan kedatangan investor asal China. Pabrik dengan nilai investasi sekitar Rp6 triliun ini diperkirakan mulai beroperasi pada 2020.
Ade Sudrajat,  Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)
Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) bertambah dengan kedatangan investor asal China. Pabrik dengan nilai investasi sekitar Rp6 triliun ini diperkirakan mulai beroperasi pada 2020.

Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengatakan pabrik baru tersebut merupakan hasil relokasi dari Negeri Tirai Bambu. Pembangunan pabrik, yang akan memproduksi benang, kain, terutama bahan kemeja, hingga proses finishing ini salah satunya didorong oleh buyer di Amerika Serikat dan Eropa agar membangun pabrik di Indonesia sehingga bisa langsung link and match dengan industri pakaian jadi nasional. 

"Nanti bisa mengurangi impor sekitar US$1 miliar. Dengan dia pindah ke sini tentu buyer juga diuntungkan karena proses pengiriman lebih pendek dan cepat," ujarnya di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

Ade menyebutkan apabila industri pakaian jadi atau garmen dalam negeri mengimpor kain dari China, memerlukan waktu sekitar 10 hari. Namun, apabila pabrik kain dengan pabrik pakaian jadi berdekatan, maka waktu pengirimannya pun menjadi lebih singkat.

"Kalau semakin lama, ini juga jadi cost, misalnya bunga pinjaman di bank kan setiap hari jalan, tetapi kain yang dalam perjalanan kan tetap saja bentuknya, belum berubah. Jadi, lead time sangat penting bagi buyer," jelas Ade.

Saat ini, investor asal China tersebut sedang dalam proses pembebasan lahan. Lokasi pabrik ini berada di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Peningkatan ekspor TPT dengan pembangunan pabrik ini diperkirakan mulai terlihat pada 2021. Pada tahun ini, ekspor TPT Indonesia diproyeksikan senilai US$15 miliar, naik dari tahun lalu yang sekitar US$13,8 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper