Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelapa Sawit : ISPO Sudah Terbitkan 502 Sertifikasi

Jumlah sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bertambah menjadi 502 buah dari 453 buah pada 2019.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bertambah menjadi 502 buah dari 453 buah pada 2019.

Kepala Sekretariat ISPO Azis Hidayat mengatakan instansinya telah melakukan penyerahan sertifikat ISPO sebanyak 45 buah yang terdiri dari 43 Perusahaan Perkebunan dan 2 Koperasi Swadaya. Adapun sertifikat anyar mencakup luas areal 287.196 hektare dengan tanaman menghasilkan seluas 215.463 hektare.

Dengan begitu ada tambahan produksi tandan buah segar (TBS) yang tersertifikasi sebanyak 2,98 juta ton/tahun atau setara dengan 550.920 ton/tahun.

"Hingga saat ini jumlah Sertifikat ISPO yang diterbitkan sebanyak 502 terdiri dari 493 perusahaan, 5 Koperasi Swadaya, dan 4 KUD Plasma dengan luas total areal areal 4,1 juta hektare," kata Azis pada Rabu (27/3/2019).

Adapun total tanaman menghasilkan seluas 2,76 juta hektare dengan total produksi TBS 52 juta ton/tahun. Jumlah tersebut setara dengan CPO 11,5 juta ton ton/tahun.

Azis menambahkan produktivitas kebun bersertifikat sebanyak 18,81 ton/hektare dengan rendemen rata-rata 22,23%. Menurutnya sistem sertifikasi ISPO kredibel, karena tidak memihak dan bersifat independen. Selain itu juga sudah mengacu pada ISO dan audit sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

"Saat ini ada 15 Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi oleh KAN dan mendapat pengakuan Komisi ISPO. Tujuh diantaranya berasal dari luar negeri yaitu Jerman, Inggris, Italia, Perancis, Swiss, dan Australia," katanya.

Maka itu, Aziz bersikeras kalau ada pihak yang masih menganggap Sistem Sertifikasi ISPO belum sesuai standar internasional. Apalagi sistem Sertifikasi ISPO didukung 8 Lembaga Konsultan dan 3 Lembaga Pelatihan ISPO.

"Sejak 2017 sampai saat ini, tingkat keberterimaan ISPO di dalam negeri maupun di luar negeri pun semakin meningkat antara lain sebagai nara sumber pada berbagai konferensi minyak sawit internasional maupun nasional," katanya.

Selanjutnya, pada 2019 ISPO pun turut berperan pada Joint Working Group Indonesia- India dan tindak lanjut prakerjasama ISPO dengan ISCC (International Sustainable Carbon Certification).

Perkembangan keberterimaan ISPO di Eropa, lanjut Azis juga semakin baik sejak 2016 perkembangan implementasi sertifikasi ISPO dimonitor oleh ESPO (European Sustainable Palm Oil) dan EPOA (European Palm Oil Alliance) setiap tahun dan dilaporkan melalui Website ESPO, juga pada saat penyelenggaraan EPOC (European Palm Oil Conference) dalam rangka memenuhi The Amsterdam Palm Oil Declaration: 100% sustainable palm oil supply chain in Europe by 2020.

Perihal rendahnya realisasi sertifikat ISPO, menurut Aziz, bukan karena ketidakpercayaan masyarakat. Akan tetapi aspek legalitas atau kepemilikan lahan yang sebagian besar berupa Surat Keterangan Tanah (SKT), sebagian areal terindikasi masuk kawasan hutan, pengurusan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), keengganan membentuk koperasi pekebun, dan masalah pendanaan seperti pra kondisi dan biaya audit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper