Bisnis.com, JAKARTA--Naiknya kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara signifikan dalam 10 tahun ke depan menjadi sentimen positif bagi para produsen batu bara di dalam negeri.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan naiknya kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik tersebut menjadi peluang bagi para produsen batu bara untuk memperluas pasarnya di dalam negeri. Namun, kemungkinan besar peluang tersebut temanfaatkan dengan tidak merata.
"Kemungkinan untuk beberapa tahun ke depan [pasokan untuk pembangkit] masih didominasi perusahaan-perusahaan yang selama ini memang sudah punya kontrak," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/3/2019).
Dia mengatakan hal tersebut pasti menjadi pertimbangan konsumen, dalam hal ini PT PLN (Persero), dalam mencri kebutuhan batu bara untuk pembangkit. Pasalnya, para pemasok tetap PLN umumnya telah memiliki kontrak dalam jangka panjang dengan jaminan pasokan yang memadai.
Meskipun begitu, perusahaan-perusahaan yang selama ini kesulitan menembus pasar dalam negeri sendiri, umumnya perusahaan skala menengah ke bawah, tetap memiliki peluang untuk ikut memasok batu bara ke PLN. Hanya saja kemungkinan besar tidak melalui kontrak jangka panjang.
"Porsi spot di luar perusahaan yang sudah jadi pemasok tetap terbuka, khususnya jika tidak ada cap harga jual," tuturnya.
Baca Juga
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019-2028, dalam 10 tahun ke depan akan ada tambahan 56,4 gigawatt (GW) pembangkit listrik. Sebanyak 27.063 MW atau 48% menjadi jatah PLTU.
Naiknya kapasitas PLTU tersebut turut mendongkrak kebutuhan batu bara secara signifikan dalam 10 tahun depan.
Hingga tahun lalu, realisasi pasokan batu bara untuk pembangkit dalam negeri sebanyak 91,1 juta ton. Pada 2028, kebutuhan batu bara akan melonjak hingga 153 juta ton per tahun.