Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Jepang tumbuh lebih kuat dari yang diperkirakan pada kuartal IV/2018, didorong oleh belanja modal yang kuat dan menahan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi China dan melemahnya permintaan global.
Berdasarkan data Kantor Kabinet yang dirilis Jumat (8/3/2019), produk domestik bruto (PDB) tumbuh 1,9% pada kuartal IV, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 1,4% (yoy) dan perkiraan 1,7% oleh para ekonom.
Dilansir dari Bloomberg, ekonomi Jepang membutuhkan semua momentum yang bisa menuju ke 2019 mengingat bahwa data awal untuk kuartal saat ini menunjukkan pertumbuhan akan terpukul keras oleh perlambatan di China, perang perdagangan AS-China dan siklus teknologi yang melunak.
Pola ekspansi dan kontraksi ekonomi baru-baru ini bukanlah jalur pertumbuhan yang stabil yang ingin dilihat Perdana Menteri Shinzo Abe menjelang kenaikan pajak penjualan dan perlambatan permintaan akhir tahun ini.
Para ekonom telah memperkirakan adanya revisi positif pertumbuhan PDB mengingat angka belanja modal yang lebih kuat dari perkiraan untuk kuartal yang dirilis pekan lalu. Tetapi angka-angka itu juga menunjukkan pertumbuhan kuartalan yang sangat kecil di sisi belanja bisnis di luar sektor manufaktur.
Sementara itu, pengeluaran rumah tangga menunjukkan kekuatan yang tidak terduga pada Januari tetapi dengan delapan penurunan bulanan tahun lalu, hal itu menunjukkan pengeluaran masih belum dapat mendorong inflasi.
"Ke depan, penjualan ritel Januari yang lemah, permulaan perumahan, dan produksi industri - terutama output sektor otomotif- menunjukkan ekonomi berada di pijakan yang kurang kuat di awal kuartal I/2019. Rencana perusahaan untuk pesanan mesin di kuartal I dan pengiriman barang modal untuk Januari mengarah ke belanja modal yang lebih lemah,” ungkap tim ekonom Bloomberg.