Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun harga batu bara acuan (HBA) terus berada di zona merah sejak September 2018, kebangkitan diyakini mulai terjadi pada kuartal II/2019.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan hingga Maret 2019 HBA memang masih mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan kondisi di paruh pertama Februari 2019.
"Harga di dua minggu pertama Februari itu agak rendah dikarenakan perdagangan di China lagi slow kare masih dalam masa liburan Imlek," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (5/3/2019).
Dia menilai harga batu bara berpeluang untuk berbalik arah mulai kuartal II/2019. Pasalnya, permintaan diprediksi akan meningkat seiring dengan naiknya aktivitas industri.
"Akhir Februari harga sudah mulai terkerek naik yang baru terefleksi nanti di HBA April yang diperkirakan akan sedikit membaik," katanya.
Adapun Kementerian ESDM menetapkan HBA Maret 2019 senilai US$90,57 per ton. Harga tersebut turun tipis 1,34% dari HBA Februari 2019 senilai US$91,8 per ton.
Meskipun penurunan tersebut tidak signifikan, sejak September 2018, HBA terus terkikis dan belum pernah mencetak kenaikan bulanan. Terakhir kali HBA mencetak kenaikan bulanan pada Agustus 2018 ketika bertengger di level US$107,83 per ton.
Harga yang terus turun tersebut membuat HBA dalam tiga bulan pertama di 2019 masih jauh dari rata-rata HBA sepanjang tahun lalu yang mencapai US$98,96 per ton.