Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia diperkirakan tetap menahan suku bunga acuan di level 6% pada tahun ini jika Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya satu kali pada akhir tahun.
Senior Ekonom UBS untuk Regional Asean Edward Teather mengungkapkan skenario dasarnya memperlihatkan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps) dengan arah kebijakan yang lebih dovish pada September 2019. Kenaikan ini akan mendorong peningkatan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun sebanyak 30 bps pada akhir tahun.
"Jika ini terjadi, meski defisit transaksi berjalan membaik, kami berpikir Bank Indonesia (BI( akan menahan suku bunganya," ungkapnya dalam "UBS Asean Trading Symposium in Indonesia", Selasa (5/3/2019).
Namun, Edward mengaku pihaknya juga melihat ada skenario lain. Jika bank sentral AS tidak menaikkan suku bunganya, maka BI bisa menurunkan suku bunganya sekalipun perbaikan defisit transaksi berjalan tidak signifikan.
Jika The Fed tidak menaikkan suku bunga dan bank sentral negara-negara lain telah menurunkan suku bunga, dia melihat ini menjadi keuntungan bagi BI jika kebijakan suku bunga acuannya tetap.
"Jika bank sentral lain lebih dovish, ini akan memudahkan BI untuk menarik aliran modal masuk," tutur Edward.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Nasional Indonesia Tbk. Ryan Kiryanto melihat BI masih akan menahan suku bunganya hingga semester pertama tahun ini meskipun tren kebijakan moneter global cenderung melonggar atau dovish.
Menurutnya, langkah ini penting untuk menjaga momentum pertumbuhan di tengah melemahnya perekonomian sejumlah kawasan antara lain AS, China, Jepang, dan Eropa. Selain itu, kebijakan suku bunga saat ini ditujukkan untuk menjangkar laju inflasi agar sesuai target 3,5%.
"Dengan langkah ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan stabil di kisaran Rp14.000 sepanjang 2019 karena real effective interest rate dalam rupiah masih menarik bagi investor asing," papar Ryan.
Dia juga melihat The Fed hanya akan menaikkan suku bunganya sebanyak satu kali menjadi 2,5%-2,75% atau bahkan tidak ada kenaikan sama sekali. Hal ini harus dilakukan The Fed dalam rangka mengantisipasi koreksi pertumbuhan ekonomi AS di tengah inflasi yang menjauh dari 2%.