Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara acuan (HBA) masih sulit keluar dari tren penurunan yang terjadi sejak September 2018.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Maret 2019 senilai US$90,57 per ton. Harga tersebut turun tipis 1,34% dari HBA Februari 2019 senilai US$91,8 per ton.
Meskipun penurunan tersebut tidak signifikan, sejak September 2018, HBA terus terkikis dan belum pernah mencetak kenaikan bulanan. Terakhir kali HBA mencetak kenaikan bulanan pada Agustus 2018 ketika bertengger di level US$107,83 per ton.
Harga yang terus turun tersebut membuat HBA dalam tiga bulan pertama di 2019 masih jauh dari rata-rata HBA sepanjang tahun lalu yang mencapai US$98,96 per ton.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Muhamad Hendrasto mengatakan faktor permintaan dari China masih menjadi penggerak harga batu bara. Negeri Tirai Bambu tersebut masih mencoba memaksimalkan kemampuan produksinya sendiri. "Harga rendah karena demand dari buyer juga gak banyak. China masih pake stoknya sendiri," ujarnya, Senin (4/3/2019).
Rendahnya permintaan batu bara tersebut secara otomatis memengaruhi empat variabel yang membentuk HBA, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), GlobalCOAL Newcastle Index (GCNC), dan Platss 5900. Masing-masing indeks tersebut memiliki bobot 25%.