Bisnis.com, JAKARTA – Jika mendengar banyak orang mengatakan bahwa sektor properti tahun ini sedang lesu di Indonesia, kenyataannya masih banyak sektor yang mengalami pertumbuhan.
Kepala Bidang Riset dan Konsultan Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan prospek pertumbuhan tahun ini masih cukup bagus. Jika melihat tren yang terjadi sepanjang 2018, sudah mulai ada potensi kenaikan di beberapa sektor properti, salah satunya di komersial.
“Meskipun untuk tingkat hunian masih rendah, dari segi tren permintaan, penyerapan ruang kantor mulai menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Itu kita rasa akan terus berlangsung tahun ini dan tahun berikutnya, di mana untuk sektor tersebut diisi oleh perusahaan dagang-el dan coworking space yang kelihatannya akan terus berlanjut untuk membuka cabang baru di Jakarta,” katanya dalam Media Briefing di Jakarta, Rabu (27/2/2019).
Investor secara umum juga masih sangat tertarik untuk berinvestasi di sektor properti, terutama investor asing, seperti dari Jepang dan Korea.
“Kita [Indonesia] dilihat sebagai negara yang memiliki demografik yang bagus, dengan pertumbuhan kalangan menengah atas dan juga tingkat permintaan yang tinggi, kemudian juga pertumbuhan ekonomi kita lebih solid dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.”
Kondisi tersebut ditambah lagi dengan pertumbuhan di sektor infrastruktur dan perbaikan fiskal serta moneter. Ini membuat potensi properti Indonesia masih bisa naik. “Dibandingkan dengan negara di Asia itu kita potensinya bagus, dan pengembang masih cukup agresif dan optimistis akan pertumbuhan proyeknya di sini,” imbuhnya.
Baca Juga
Adapun, menurut Anton, terkait dengan anggapan sektor properti yang melesu adalah karena terjadi banyak miss match antara ekspektasi pengembang dengan konsumen terkait masalah harga, sehingga membuat penyerapan properti di sejumlah lokasi lambat.
“Harga properti, terutama untuk perumahan sekarang sudah dirasa ketinggian, karena kita juga tahu dalam beberapa tahun terakhir ini harga properti naik sangat signifikan dan itu mungkin tidak terlalu sejalan dengan kenaikan penghasilan dan daya beli orang banyak,” jelasnya.