Bisnis.com, JAKARTA – Pasar perkantoran di Indonesia kini didominasi oleh ruang kantor bersama atau co-working space. Hal ini menjadi salah satu penyebab sektor perkantoran lainnya seperti perkantoran konvensional, terutama Small Office/Home Office (SOHO) makin tergerus.
Kepala Bidang Riset dan Konsultan Savills Anton Sitorus mengatakan, tergerusnya pasar kantor SOHO bukan karena jumlah perusahaannya yang menyusut, melainkan karena memang konsepnya yang sudah tidak menarik lagi, terlebih bagi kaum milenial.
“SOHO itu kan konsepnya ya, untuk marketnya masih ada, tapi kalau di sini SOHO perkembangannya tidak terlalu signifikan, karena ketika SOHO mau berkembang, co-working space ini masuk gitu,” ungkapnya kepada Bisnis saat ditemui di Jakarta, Rabu (27/2).
Karena SOHO merupakan kantor yang bisa untuk dijadikan tempat tinggal juga, Anton menilai, itu bukan modelnya milenial.
“Kalau yang saya tahu SOHO itu kan sudah berkembang sejak generasi-generasi yang dulu, munculnya dari Amerika. Kalau milenial dia mungkin tempat bekerjanya yang cocok itu ya yang co-working space tadi, dari sisi lingkungannya yang casual, lalu dekat dengan fasilitas-fasilitas penunjang lifestyle,” tambahnya.
Adapun, SOHO juga kurang diminati karena jika dibuat tempat tinggal dan kerja, mau tidak mau unitnya harus besar.
Baca Juga
“Kalau unitnya besar kan harganya pasti lebih mahal, ngga cocok juga buat keuangan milenial. Jadi sekarang SOHO ini pertumbuhannya kurang, co-working space jadi yang mendominasi,” sambungnya.
Selain itu, yang tergerus oleh kehadiran co-working space tidak hanya SOHO, semua perusahaan yang reguler pun terkena dampaknya. Pasalnya, di sisi lain perusahaan reguler seperti perbankan dan asuransi sekarang tidak melakukan ekspansi besar.
“Sekarang dilihat tidak ada bank yang ekspansi besar-besaran, yang ada sekarang mereka malahan konsolidasi, melakukan efisiensi karena kondisi bisnis yang memang lesu seperti sekarang in, agak challenging.”