Bisnis.com, JAKARTA - Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV/2018 yang tumbuh sebesar 0,35% setiap kuartalnya (qtq), melambat dibandingkan dengan IHPR pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,42% (qtq). Perlambatan kenaikan harga properti residensial tersebut bersumber terutama dari rumah tipe kecil.
Berdasarkan survei, pada triwulan IV/2018, penjualan properti residensial menurun sebesar -5,78% (qtq), namun masih lebih baik dibandingkan dengan penjualan pada triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar -14,14% (qtq).
Penurunan penjualan terjadi pada rumah tipe kecil dan besar, sedangkan penjualan rumah tipe menengah masih mengalami peningkatan.
Sementara, pada triwulan I/2019, harga rumah diperkirakan meningkat sebesar 0,42% (qtq), terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja.
Peningkatan kenaikan harga rumah diperkirakan terjadi pada rumah tipe kecil dari 0,39% (qtq) menjadi 0,59% (qtq) dan pada rumah tipe menengah dari 0,28% (qtq) menjadi 0,38% (qtq). Sedangkan pada rumah besar akan melambat dari 0,39% (qtq) menjadi 0,29% (qtq).
Associate Director PT Ciputra Residence Yance Onggo mengatakan perlambatan kenaikan harga properti banyak dipengaruhi oleh penyediaan fasilitas, infrastruktur, dan lokasi yang masih berpotensi untuk dikembangkan.
Pihaknya mencontohkan perkembangan properti di kawasan penyangga barat Jakarta lebih cepat dibandingkan kawasan penyangga lain seperti timur dan selatan.
"Salah satunya karena infrastruktur, selain ada tol, juga ada bandara. Khususnya di Tangerang industri berat sangat sedikit, jadi perumahan tumbuh subur di kawasan ini," kata Yance, Selasa (19/2/2019).
Yance mengatakan CitraRaya, proyek pengembangan Ciputra Grup di Cikupa, Tangerang Selatan, merupakan salah satunya karena sudah terkoneksi dengan akses tol Jakarta - Merak dan ke depan akan ada akses tol Serpong Balaraja, bahkan dari Balaraja hingga bandara.
Jika dibandingkan dengan Serpong yang harga tanah rata-rata sudah mencapai Rp15 juta per m2, Karawaci Rp18 juta m2, dan Puri Indah yang bisa mencapai Rp30 juta per m2, kawasan CitraRaya di Cikupa masih bisa berpotensi meningkat.
Menurutnya, harga lahan yang dijual di Serpong sudah merupakan harga maksimal. Sementara, harga lahan di Cikupa masih berkisar Rp5 juta per m2.
Lahan seluas sekitar 2.600 m2, Yance menjelaskan akan terus membangun fasilitas dan infrastruktur. Fasilitas yang sudah tersedia, yaitu sekolah, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, dan lainnya. Menurut Yance, dengan terus membangun fasilitas dan infrastruktur akan semakin menambah niali dari properti di kawasan ini dan pertumbuhan harga pun akan semakin meningkat.
"Inilah yang bisa menjadi potensi untuk investasi karena harga tanahnya masih terjangkau. CitraRaya juga bisa menjadi alternatif bagi masyarakat mancari properti yang lingkungan, infrastruktur dan fasilitasnya sudah setara dengan Serpong," jelas Yance.