Bisnis,com, JAKARTA - Asosisasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) menilai kunci membangun sistem logistik udara hasil laut yang baik adalah rantai pasok dan ekosistem logistik udara.
Ketua Umum ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi menuturkan ekspor hasil laut dan perikanan tidak dapat terlepas dari rantai pasok yang terlalu panjang.
Dia menyebut, saat ini rantai pasok hasil perikanan sampai di tangan pembeli luar negeri itu melalui 17 sampai dengan 18 pergerakan. Artinya, ada rantai yang cukup panjang yang menghubungkan nelayan sampai ke pembeli internasional.
"Fokus kiriman laut ini, nelayan dari menangkap ikan sampai tempat tujuan itu ada 17--18 pergerakan, salah satunya freighter [pengiriman udara] itu. Rencananya akan ditekan sampai 12-13 pergerakan, sehingga lebih baik, ikan segar dan ikan hidup itu bisa lebih cepat sampai tujuan, itu lebih baik," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (17/2/2019).
Dia menuturkan perlunya pemangkasan rantai pasok tersebut sudah disadari sejak 2018, tetapi implementasinya yang masih dipertanyakan.
Mendengar rencana Garuda Indonesia yang akan menyediakan pesawat kargo udara khusus, dia menyangsikan dari sisi waktu. Sebab, keperluan ekspor perikanan ini adalah kebutuhan yang harus segera dilaksanakan.
Dia juga menyarankan agar pesawat angkutan ekspor hasil laut itu tidak dipusatkan di Jakarta, tetapi membangkitkan 3 bandara hub utama, yakni dari Denpasar, Makassar dan Manado.
Dengan pengiriman melalui ketiga bandara tersebut lanjutnya, rantai pasok yang panjang tersebut dapat terpangkas. Selain itu, khusus Bandara Ngurah Rai Denpasar, sudah memiliki banyak penerbangan internasional, sehingga eksportir memiliki banyak pilihan kargo udara.
Selain memangkas rantai pasok, dia menuturkan hal yang penting lainnya adalah membangun ekosistem bisnis kargo udara yang baik. Dengan menilik kasus yang terjadi pada kenaikan tarif kargo udara baru-baru ini, salah satu yang menjadi bahan evaluasinya adalah pola komunikasi antara maskapai dan para pengguna jasanya.
"Ketentuan internasional itu ada pemberitahuan kenaikan tarif kargo udara 6 bulan sebelumya, sehingga orang bisa komunikasi dengan pelanggannya. Bahkan ada istilah tarif musim dingin dan musim panas karena adanya perbedaan tarif tersebut," jelasnya.
Dengan demikian, lanjutnya, guna membangun industri kargo udara yang baik pola komunikasi tersebut harus diperbaiki, tidak seperti yang sebelumnya terjadi, semua pihak termasuk anggota ALFI terkena dampaknya.
Ketua Umum ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi menuturkan ekspor hasil laut dan perikanan tidak dapat terlepas dari rantai pasok yang terlalu panjang.
Dia menyebut, saat ini rantai pasok hasil perikanan sampai di tangan pembeli luar negeri itu melalui 17 sampai dengan 18 pergerakan. Artinya, ada rantai yang cukup panjang yang menghubungkan nelayan sampai ke pembeli internasional.
"Fokus kiriman laut ini, nelayan dari menangkap ikan sampai tempat tujuan itu ada 17--18 pergerakan, salah satunya freighter [pengiriman udara] itu. Rencananya akan ditekan sampai 12-13 pergerakan, sehingga lebih baik, ikan segar dan ikan hidup itu bisa lebih cepat sampai tujuan, itu lebih baik," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (17/2/2019).
Dia menuturkan perlunya pemangkasan rantai pasok tersebut sudah disadari sejak 2018, tetapi implementasinya yang masih dipertanyakan.
Mendengar rencana Garuda Indonesia yang akan menyediakan pesawat kargo udara khusus, dia menyangsikan dari sisi waktu. Sebab, keperluan ekspor perikanan ini adalah kebutuhan yang harus segera dilaksanakan.
Dia juga menyarankan agar pesawat angkutan ekspor hasil laut itu tidak dipusatkan di Jakarta, tetapi membangkitkan 3 bandara hub utama, yakni dari Denpasar, Makassar dan Manado.
Dengan pengiriman melalui ketiga bandara tersebut lanjutnya, rantai pasok yang panjang tersebut dapat terpangkas. Selain itu, khusus Bandara Ngurah Rai Denpasar, sudah memiliki banyak penerbangan internasional, sehingga eksportir memiliki banyak pilihan kargo udara.
Selain memangkas rantai pasok, dia menuturkan hal yang penting lainnya adalah membangun ekosistem bisnis kargo udara yang baik. Dengan menilik kasus yang terjadi pada kenaikan tarif kargo udara baru-baru ini, salah satu yang menjadi bahan evaluasinya adalah pola komunikasi antara maskapai dan para pengguna jasanya.
"Ketentuan internasional itu ada pemberitahuan kenaikan tarif kargo udara 6 bulan sebelumya, sehingga orang bisa komunikasi dengan pelanggannya. Bahkan ada istilah tarif musim dingin dan musim panas karena adanya perbedaan tarif tersebut," jelasnya.
Dengan demikian, lanjutnya, guna membangun industri kargo udara yang baik pola komunikasi tersebut harus diperbaiki, tidak seperti yang sebelumnya terjadi, semua pihak termasuk anggota ALFI terkena dampaknya.