Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi China Melambat Pada Akhir 2018, Penjualan Ritel Jadi Harapan

Pertumbuhan ekonomi China mencatat laju paling lamban pada kuartal terakhir tahun lalu. Hal ini mengonfirmasikan perlambatan aktivitas ekonomi di tengah langkah penanganan utang dan konflik perdagangan yang dihadapi Tiongkok.
Yuan./.Bloomberg
Yuan./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi China mencatat laju paling lamban pada kuartal terakhir tahun lalu. Hal ini mengonfirmasikan perlambatan aktivitas ekonomi di tengah langkah penanganan utang dan konflik perdagangan yang dihadapi Tiongkok.

Laporan Biro Statistik Nasional China (NBS) pada Senin (21/1/2019) mengungkapkan produk domestik bruto (PDB) China naik 6,4% pada kuartal IV/2018 dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tersebut menjadi laju paling lamban sejak krisis keuangan 2009, juga lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 6,5% pada kuartal sebelumnya.

Kendati demikian, indikator konsumsi dan produksi pabrik mengalami akselerasi sedangkan investasi tertahan.

Produksi industri naik 5,7% pada Desember dari tahun sebelumnya, lebih tinggi dari dari prediksi para ekonom untuk kenaikan sebesar 5,3%. Pada periode yang sama penjualan ritel meningkat 8,2%, juga lebih tinggi dari proyeksi sebesar 8,1%.

Adapun investasi aset tetap menanjak 5,9% pada 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, lebih rendah dari proyeksi sebesar 6%.

Dilansir dari Bloomberg, negara berkekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia ini berada pada jalur perlambatan jangka panjang karena bergeser dari model ekonomi yang didorong oleh investasi di masa lalu. Pada saat yang sama, China memiliki beban utang yang besar.

Kontrol pemerintah terhadap upaya tersebut diuji oleh konflik perdagangan yang berlarut-larut dengan pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pihak otoritas telah menggunakan serangkaian target langkah stimulus untuk mencoba menghidupkan kembali optimisme tanpa menggunakan stimulus besar-besaran. Ada beberapa tanda yang muncul bahwa perlambatan di masa mendatang akan lebih ringan daripada yang dikhawatirkan.

“Pertumbuhan akan membaik dari kuartal kedua dan seterusnya,” kata Kepala Ekonom China di Morgan Stanley Robin Xing dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television di Hong Kong. "Semakin besar tekanan pada pertumbuhan, semakin kuat respons kebijakan.”

Secara full year, ekonomi China tumbuh 6,6%, laju ekspansi paling lamban sejak 1990. Meski petumbuhannya telah moderat secara signifikan dari masa-masa pertumbuhan dua digit, China masih merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan tetap diperhitungkan sebagai penggerak pertumbuhan dunia.

Sejauh ini, pemerintah dan bank sentral China telah berupaya menstimulasi perekonomian tanpa menggunakan kredit dan infrastruktur besar-besaran seperti pada tahun 2009.

People’s Bank of China (PBOC) diam-diam membawa biaya pinjaman antar bank turun tanpa benar-benar memangkas suku bunga resmi. Sementara itu, otoritas fiskal terus melakukan pemangkasan pajak serta mempercepat penjualan obligasi pemerintah, di antara kebijakan lainnya.

Jika perlambatan semakin dalam, pihak otoritas dapat menggunakan pelonggaran yang lebih agresif seperti melonggarkan pembatasan pembelian properti di kota-kota terbesar, menurut para ekonom.

“Yang lebih penting daripada angka PDB bagi saya adalah bahwa penjualan ritel tidak mengalami penurunan lebih lanjut,” kata James Laurenceson, wakil direktur Institut Hubungan Australia-China di University of Technology di Sydney.

“Selama jasa dan penjualan ritel bertahan naik, secara umum China bisa bertahan. Tapi jika pendorong pertumbuhan yang tersisa mulai turun, maka masalahnya menjadi sangat signifikan.”

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper