Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SCG Indonesia Wait and See hingga Pilpres Usai

SCG Inndonesia menargetkan pertumbuhan lini bisnis utama, yaitu sektor industri kimia, serta sektor material kontruksi pada 2019.
Kan Trakulhoon, Presiden dan CEO SCG, di Bangkok, Jumat (31/10/2015).
Kan Trakulhoon, Presiden dan CEO SCG, di Bangkok, Jumat (31/10/2015).

Bisnis.com, JAKARTA – SCG Inndonesia menargetkan pertumbuhan lini bisnis utama, yaitu sektor industri kimia, serta sektor material kontruksi pada 2019.

Tantangan bisnis pada tahun politik ini membuat perusahaan tersebut memilih wait and see hingga gelaran pemilihan presiden usai.

Hal tersebut disampaikan Country Director SCG Indonesia yang baru, Anusorn Potchanabanpot kepada Bisnis, Rabu (16/01/2019). Anusorn menggantikan posisi yang sebelumnya ditempati Nantapong Chantrakul.

Anusorn menjelaskan SCG targetkan ketiga lini bisnisnya di Indonesia, industri kimia, material konstruksi, dan kemasan untuk tumbuh pada 2019. Pertumbuhan tersebut menurutnya akan diakselerasi usai gelaran pemilihan presiden (pilpres).

"Seperti yang ada tahu, saat ini [iklim bisnis] cukup sulit di Indonesia sehingga akan wait and see hingga setelah pilpres. Kami berharap semua akan membaik dan lebih baik untuk bisnis material konstruksi," ujar Anusorn.

Dia menjelaskan lini bisnis utama SCG Indonesia saat ini adalah sektor industri kimia. Konglomerasi tersebut memegang 30% saham perusahaan petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TBIA).

Adapun, TBIA saat ini tengah berekspansi membangun pabrik petrokimia kedua di Cilegon. Dengan nilai investasi US$5,5 miliar, pabrik naphtha cracker kedua tersebut memiliki kapasitas produksi 1,4 juta ton.

Langkah pemerintah untuk memprioritaskan peningkatan investasi sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil pada 2019 pun dinilai Anusorn sebagai sinyal baik bagi perusahaannya. "Fokus kami pada peluang yang baik, saya rasa itu [prioritas] kesempatan bagus," tambahnya.

Selain sektor kimia, lini bisnis lain SCG Indonesia adalah sektor konstruksi material melalui PT Semen Jawa. SCG Indonesia sebelumnya mengakuisisi Jayamix dan KIA Ceramic.

Pabrik semen dengan nilai investasi mencapai Rp3,4 triliun tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 1,8 juta ton per tahun.

Anusorn menjelaskan meskipun pembangunan infrastruktur pada 2019 diproyeksikan tidak akan sebanyak pasa 2018, pihaknya optimistis sektor material konstruksi akan tetap tumbuh. Hal tersebut didukung oleh 10 proyek infrastruktur yang melibatkan SCG Indonesia.

Secara global, investasi SCG dalam sektor kimia dan material konstruksi dilakukan dengan mendirikan pabrik baru atau akuisisi perusahaan di Indonesia, Vietnam, Myanmar, Laos dan Malaysia.

Total investasi SCG di Indonesia mencapai angka US$1,6 miliar, di bawah nilai investasi yang ditanamkan di Vietnam yang mencapai US$1,9 miliar.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pihaknya akan memacu sektor-sektor yang memiliki kapasitas lebih untuk meningkatkan ekspor industri manufaktur.

Salah satu sektor yang akan didorong adalah industri semen, di mana kapasitas terpasang saat ini sebesar 110 juta ton, sementara kebutuhan domestik sekitar 70 juta ton per tahunnya.

Selain itu, Airlangga menjelaskan sektor kimia pun akan dikembangkan. "Industri kimia berbasis gasifikasi seperti methanol, dan DME juga potensial untuk ditingkatkan," ujarnya kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper