Bisnis.com, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit hingga US$8,57 miliar sepanjang 2018, sekaligus menjadi defisit pertama sejak 2014.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan Indonesia mengalami defisit sebesar US$2,2 miliar pada 2014. Defisit neraca dagang pada 2018 tidak terelakkan karena neraca perdagangan hanya mengalami surplus sebanyak tiga kali sepanjang tahun lalu, yakni pada Maret, Juni, dan September.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan defisit selama 2018 ini disebabkan oleh defisit migas yang mencapai US$12,4 miliar. Sementara itu, neraca nonmigas masih mengalami surplus sebesar US$3,8 miliar.
"Perlu dijadikan perhatian utama impor hasil minyak dan minyak mentah, sedangkan hasil gas masih surplus," paparnya dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Dari data BPS, defisit minyak mentah mencapai US$4,04 miliar atau naik dari US$1,7 miliar pada 2017. Defisit hasil minyak tercatat lebih besar lagi, yakni mencapai US$15,94 miliar atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai US$12,88 miliar.
Secara khusus, hasil gas masih surplus sebesar US$7,5 miliar atau naik dari US$6,02 miliar pada tahun sebelumnya.