Bisnis.com, DUMAI -- PT Chevron Pacific Indonesia meresmikan lifting perdana blok Rokan bagian kontraktor untuk diolah di kilang minyak PT Pertamina (Persero). Langkah ini mengurangi angka impor minyak mentah Pertamina sebesar 20% lebih.
SPV PGPA PT Chevron Pacific Indonesia Wahyu Budiarto mengatakan Blok Rokan yang saat ini masih dikelola CPI, menjadi blok migas dengan produksi terbesar yaitu mencapai 209.400 barrel oil perday (bopd).
"Selama ini kami sebagai kontraktor bebas menjual kemana saja, dan biasanya kami jual di pasar internasional. Kini dengan Permen ESDM 42/2018, produksi minyak yang menjadi bagian kami ditawarkan ke Pertamina melalui serangkaian diskusi yang difasilitas SKK Migas, dan Kemen ESDM," katanya pada peresmian lifting perdana di Pelabuhan Chevron, Dumai (15/1/2019).
Wahyu menjelaskan dengan adanya kerja sama penjualan produksi bagian Chevron ke Pertamina untuk diolah di kilang dalam negeri, bakal berdampak positif pada berkurangnya impor minyak mentah Indonesia.
Selain itu minyak yang diproduksi Chevron dari Blok Rokan memiliki jenis Sumatran Light Crude (SLC) dan Duri Crude yang memiliki konfigurasi sesuai kebutuhan kilang minyak Pertamina.
Pihaknya meyakini keputusan kerja sama lifting yang dilakukan Chevron dan Pertamina, akan memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk negara dan rakyat Indonesia. Untuk proses yang dilakukan juga tidak mengalami kendala di lapangan.
Baca Juga
"Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti, karena selama ini di Dumai memang kami membagi produksi bagian negara dengan bagian kontraktor. Bagian kontraktor inilah sekarang juga diserahkan ke Pertamina untuk diolah bersama dengan bagian milik negara," katanya.
Sementara itu VP Supply and Export PT Pertamina (Persero) Agus Wicaksono menyatakan pihaknya saat ini mengimpor sekitar 10,5 juta barrel minyak mentah setiap bulan, dan dengan kerja sama ini akan mengurangi impor minyak hingga 20% lebih.
"Saat ini kami mengimpor sekitar 342.000 barrel minyak perhari, atau biasanya 10,5 juta sebulan. Sedangkan dengan lifting Blok Rokan dari Chevron ini selama Januari-Juni diperkirakan bisa mengurangi impor sampai 2,5 juta barrel perbulan, jadi impor minyak tinggal 8 juta barrel perbulan," katanya.
Dia menjelaskan minyak produksi Chevron dari Blok Rokan ini, memiliki jenis SLC dan Duri Crude yang sesuai untuk diolah di kilang Pertamina dalam negeri. Rencananya crude oil tersebut akan dibawa untuk pengolahan di kilang Balikpapan.
Kerja sama ini juga menurut dia, akan memberikan dampak positif bagi keuangan Pertamina, karena akan menghemat biaya dibandingkan perusahaan itu mengimpor minyak dari luar negeri seperti dari kawasan Timur Tengah.
Staf Ahli Kemen ESDM Sampe Purba menambahkan, keputusan pemerintah mengeluarkan regulasi Permen ESDM 42/2018 salah satunya untuk menjaga devisa negara.
"Salah satu tujuan kebijakan ini untuk menjaga devisa agar digunakan sebaik-baiknya, dan tentu saja ini mengurangi penggunaan devisa dengan mengolah minyak produksi domestik di kilang dalam negeri," katanya.
Adapun Permen ESDM 42/2018 yang berlaku sejak 5 September 2018 lalu telah berjalan dengan buah kesepakatan penjualan produksi migas bagian sejumlah KKKS ke Pertamina, sehingga mengurangi impor minyak dan kondensat mencapai 115.000 barrel perhari, dan ditargetkan bisa menyentuh posisi 250.000 barrel perhari.