Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Manufaktur Diproyeksi Masih Tertekan pada 2019

Ekspor manufaktur pada tahun ini diperkirakan masih mendapatkan tekanan, salah satunya dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Ekspor manufaktur pada tahun ini diperkirakan masih mendapatkan tekanan, salah satunya dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, mengatakan pada 2017, ekspor manufaktur masih menunjukkan pertumbuhan yang baik, yaitu sebesar 13,21%. Namun, setahun setelahnya pertumbuhan ekspor industri pengolahan hanya tumbuh 3,86% secara tahunan.

"Pada tahun ini, ekspor manufaktur masih berat. Perlambatan sudah keliatan trennya di semester II/2018, ini dampak dari perlambatan ekonomi dunia dan perang dagang," ujarnya Selasa (15/1/2019).

Menurutnya, apabila pada tahun ini tidak ada kesepakatan antara Amerika Serikat dan China, maka permintaan global masih akan melambat. Namun, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain, seperti Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan lainnya.

Kendati demikian, yang membedakan kondisi di Indonesia dan negara lain adalah perlambatan ekspor secara total dibarengi dengan kenaikan impor yang lebih cepat. Sementara, di negara lain ekspor melambat, begitu pula dengan impor.

"Walaupun impor yang besar adalah barang produktif, tetapi pertumbuhan impor barang konsumsi lebih cepat. Di negara lain, ketergantungan bahan baku impor juga tidak terlalu signifikan," jelasnya.

Sementara itu, Faisal menyebutkan pada 2017 ekspor manufaktur bisa naik secara double digit karena dipicu oleh harga komoditas yang tinggi, seperti olahan sawit.

"Untuk tahun ini, ada tekanan nilai tukar juga karena The Fed berencana akan menaikkan Fed Fund Rate beberapa kali pada 2019," kata Faisal.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), selama 2018 sektor manufaktur mencatatkan ekspor senilai US$129,93 miliar atau tumbuh 3,86% secara tahunan dari US$125,10 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper