Bisnis.com, JAKARTA – Hujan lebat yang disertai angin kencang di beberapa wilayah di Bali berdampak langsung pada kebocoran dan jatuhnya beberapa plafon di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai.
Berdasarkan keterangan resmi PT Angkasa Pura I (AP I) Cabang Bandara Ngurah Rai, peristiwa tersebut terjadi pada hari Sabtu (12/01/2019). Beberapa lokasi di area publik bandar udara internasional tersebut mengalami kerusakan.
Yanus Suprayogi, General Manager PT. Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, menjelaskan bangunan yang alami kerusakan dirancang sebagai bangunan temporer. Area koridor terminal kedatangan domestik tersebut ke depannya akan dilakukan penyesuaian terhadap pembangunan secara permanen.
“Hal ini kami pastikan dikarenakan dampak langsung dari cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah di Bali, termasuk di Bandar Udara. Sore tadi, hujan lebat disertai angin menyebabkan atap bocor dan beberapa plafon jatuh,“ ujar Yanus dalam keterangan resmi, Sabtu (12/01/2019).
Meskipun demikian, lanjut Yanus, proses pemeliharaan bangunan tetap dijalankan oleh penyedia pekerjaan, serta tetap diawasi oleh pengawas independen sesuai dengan kebutuhan bangunan tersebut.
“Sebagai langkah awal, kami langsung melakukan penanganan pertama untuk memastikan tidak adanya korban akibat runtuhnya plafon. Petugas kebersihan dan petugas Bandar Udara langsung kami terjunkan untuk menangani dampak air hujan yang menggenang, dan untuk mencegah supaya air tidak sampai masuk ke area koridor Terminal Kedatangan Domestik,” lanjut Yanus.
Berdasarkan laporan kondisi meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi BMKG Ngurah Rai, kondisi cuaca di sekitar Bandar Udara pada tanggal 12 Januari 2019 pada rentang pukul 15.00–16.00 WITA dalam keadaan yang cukup ekstrem.
Kondisi angin dari arah barat berkecepatan 7-22 knots (13-40 km/jam), dengan kecepatan angin kencang dalam waktu singkat berkisar antara 30 knots (56 km/jam). Dengan curah hujan sebesar 37mm/jam, kondisi ini dinyatakan sebagai curah hujan ekstrem dengan jarak pandang berada dalam rentang 400-7.000 meter. Kondisi cuaca ekstrem berupa hujan lebar dan angin yang cukup kencang juga disertai oleh badai guntur, dengan tekanan udara sebesar 1.008 hektopascal.
“Dari evaluasi awal kami, bahwa bangunan itu tidak mampu menampung debit air hujan yang ada. Kami sedang berkoordinasi kepada seluruh tim teknis untuk melakukan perbaikan dan kami pastikan harus selesai secepatnya,” ujar Yanus.