Bisnis.com, SOLO – Jumlah penumpang pesawat yang berangkat maupun datang di Bandara Adi Soemarmo Solo selama libur Natal dan Tahun Baru 2019 lalu turun drastis hingga 34 persen. Data tersebut diperoleh selama pembukaan posko terpadu menyambut liburan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 di Bandara Adi Soemarmo Solo sejak 20 Desember 2018 hingga ditutup pada Senin (7/1/2019).
Penurunan diprediksi karena adanya dukungan transportasi darat dengan dibukanya tol Trans Jawa. Namun demikian, dia mengklaim pelayanan di Bandara Adi Soemarmo Solo selama Natal dan Tahun Baru tetap dilaksanakan semaksimal mungkin dan tidak ada kejadian yang menonjol.
Sebelumnya, Station Manager Citilink Bandara Adi Soemarmo Solo, Rudi, mengakui adanya penurunan jumlah penumpang saat libur Natal dan Tahun Baru lalu. Penurunannya mencapai 10%, sementara tingkat keterisian kursi (load factor) flight rata-rata 80% per hari.
Menurutnya, penurunan jumlah penumpang ini kemungkinan besar karena dibukanya akses jalan tol. Jalan bebas hambatan ini dinilai mempermudah masyarakat untuk melalui jalan darat dengan waktu yang juga lebih cepat.
Kabar soal penurunan jumlah penumpang di Bandara Adi Soemarmo Solo tersebut tak pelak menuai beragam komentar dari warganet. Menurut netizen, pembukaan tol Trans Jawa bukan satu-satunya penyebab penurunan jumlah penumpang. Warganet menilai ada sejumlah hal lain yang menjadi biang kerok, seperti sulitnya mencari transportasi umum di bandara.
Tanggapan warganet terkait sepinya Bandara Adi Soemarmo Solo dilontarkan melalui kolom komentar di akun Facebook Solopos.com, Kamis (10/1/2019). Mereka juga mengkritik manajemen pengelolaan Bandara Adi Soemarmo Solo oleh PT Angkasa Pura yang dinilai masih buruk.
"Tol baru dibuka kemarin sore bung. Enggak usah mengunggulkan tol. Kalau Bandara Adi Soemarmo sepi, sudah sejak dulu. Dalam dua tahun ini. Faktornya, harga tiket yang selisih banyak, kurangnya rute penerbangan, penerbangan Solo banyak yang transit lama kalau dengan rute berbeda. Kebijakan manajemen bandara dengan taksi online maupun taksi bandara yang bersangkutan," komentar Deded Asmarahady.
"Masalahnya, jumlah flight yang berkurang jauh. Selisih harga dengan bandara sebelah lumayan jauh. Akses transportasi keluar masuk bandara susah. Ojol tidak boleh masuk," imbuh Damar Widyawan.
"Akses yang menuju bandara juga terbatas. Kalau di Bandara Adisucipto bisa naik Prameks atau Trans Jogja yang sudah terintegrasi langsung ke bandara. Bawa barang tidak perlu jalan jauh," imbuh Yessita Dewi.
"Bus bandara hanya ada sampai pukul 20.00 WIB, ada BST tapi hanya sampai pukul 18.00 WIB, jadi penumpang penerbangan malam tidak ada alternatif transportasi umum. Kalau mau pesan ojol harus jalan kaki sekitar 2 kilometer dari bandara. Itu pun tidak setiap driver ojol berani ambil order. Katanya bandara internasional tapi penerbangannya hanya umrah ke Jedah. Harus ada perubahan besar-besaran di Bandara Adi Soemarmo Solo atau perlahan harus tutup bandara," imbuh Santhos Wachjoe Prijambodo.