Bisnis.com, JAKARTA — Produsen kereta api dalam negeri PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka berharap pemerintah bisa mendorong ekspor kereta api melalui skema pendanaan bagi negara tujuan ekspor.
Budi Noviantoro, Direktur Utama Inka, mengatakan saat ini pihaknya tengah menjajaki ekspor di kawasan Afrika. Menurutnya, permintaan di beberapa negara Benua Hitam tersebut cukup banyak, tetapi kemampuan pendanaan negara pengimpor menjadi kendala.
“Peluang ada, seperti Senegal yang ingin beli 10 lokomotif, tetapi uangnya belum ada,” ujarnya, Selasa (8/1).
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah bisa memberikan pinjaman pendanaan kepada negara yang ingin membeli kereta api dari perusahaan pelat merah tersebut melalui Eximbank Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa penjualan kereta api lebih mudah dibandingkan dengan produk manufaktur besar lain, seperti pesawat terbang dan kapal perang.
Kendati lebih mudah dan potensinya lebih besar, penjualan kereta api membutuhkan skema tertentu. Skema yang diminta oleh perseroan, lanjutnya, adalah Pemerintah Indonesia menambah dana di Eximbank Indonesia dan kemudian dana tersebut dipinjamkan ke negara yang akan membeli kereta api dari Inka.
Dengan demikian, baik pemerintah, Eximbank, maupun Inka mendapatkan manfaat dari skema tersebut. Dia menyebutkan bahwa proses pembelian kereta api Inka oleh Sri Lanka merupakan contoh konkret ketika perseroan dibantu oleh Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor.
“Contohnya pembelian oleh Sri Lanka itu Eximbank Indonesia yang membiayai pengadaaannya. Sudah berproses, izin dari Ibu Menkeu sudah ada, begitu pula dengan izin Menkeu Sri Lanka, hanya tinggal persetujuan kabinet di sana,” jelasnya.
Adapun, selain Senegal, negara di kawasan Afrika yang juga sedang dijajaki oleh Inka antara lain Botswana, Namibia, dan Kamerun. Negara-negara tersebut membutuhkan kereta api penumpang dan barang.
Budi menambahkan saat ini pihaknya juga melirik skema kerja sama dengan negara lain, tidak hanya menjual kereta api. “Kalau jual gerbong kereta saja, dapat untung sekali, sudah. Kalau kerja sama, kami bisa punya bisnis baru, asal layak secara komersial,” katanya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia saat ini termasuk salah satu pemain industri manufaktur sarana kereta api terbesar di Asia Tenggara.
Produk industri kereta api dalam negeri telah mampu memenuhi pesanan pasar domestik, bahkan luar negeri, khususnya ke negara berkembang dan kawasan regional.
Kementerian Perindustrian telah mendorong Inka agar terus melakukan kegiatan pembinaan terhadap industri komponen berskala kecil dan menengah sehingga mampu menghasilkan produk yang mutunya sesuai standar dan bisa digunakan dalam industri perkeretaapian.
Menurutnya, industri penunjang kereta api di dalam negeri sudah mampu memproduksi sekitar 70% dari total kebutuhan komponen, termasuk rangka kereta api. “Kami berharap dalam 2 tahun ke depan, industri ini mampu sampai 80% dari jumlah kebutuhan,” ujarnya.
Untuk memperluas pasar ekspor, Kemenperin juga aktif memacu industri kereta api nasional agar terus melakukan inovasi teknologi khususnya untuk produk-produk yang berorientasi ekspor.
Selain itu secara proaktif menjalin kerja sama bisnis dan promosi dalam rangka meningkatkan akses pasar ke negara-negara yang memiliki potensi pasar cukup besar, terutama di kawasan Asia seperti Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Filipina, Malaysia, dan Thailand, serta negara Afrika seperti Zambia, Nigeria, dan Mesir.