Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian mengurangi alokasi anggaran pengembangan untuk kakao dan kelapa pada 2019. Adapun komoditas yang mendapat tambahan alokasi peluasan pengembangan adalah karet.
Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian Irmijati Rahcmi mengakui untuk tahun depan alokasi anggaran pengembangan komoditas kakao dan karet dikurangi. Alasannya adalah terbatasnya anggaran yang ada.
Irmijati menjelaskan, pada tahun depan komoditas kakao mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp84,53 milliar untuk peremajaan lahan seluas 6.660 ha dan Rp15 milliar untuk perluasan sebesar 1.070 ha.
“Ada penurunan sekitar 30% dibandingkan dengan tahun ini dari segi pengembangan komoditas,” katanya, saat ditemui setelah Rapat Koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kamis (27/12).
Pada 2018, Kementan melakukan pengembangan perkebunan kakao di lahan seluas 11.800 ha. Rinciannya adalah intensifikasi 1.030 ha, peremajaan 8.690 ha, dan perluasan 2.080 ha.
Adapun, untuk komoditas kelapa, Irmi mengatakan ada pengurangan areal pengembangan hampir 50%. "Kelapa total pengembangannya cuma 14.000 ha, separuh dari tahun sebelumnya," katanya.
Padahal 2018, Kelapa menjadi salah satu komoditas dengan luas pengembangan yang lumayan besar. Terhitung peremajaan dilaksanakan di 21 provinsi dengan luas 26.470 ha dan perluasan di 3 provinsi seluas 880 ha.
Adapun, komoditas yang mendapatkan alokasi lebih besar untuk pengembangannya adalah karet. Irmi mengatakan alokasi anggaran untuk peremajaan karet seluas 5.210 ha adalah Rp37,29 milliar ditambah perluasan 800 ha dengan alokasi anggaran Rp8,19 milliar.
Target tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun ini yang peremajaannya hanya 2.090 ha ditambah intensifikasi 3.170 ha.
Irmi menjelaskan komoditas karet pada 2019 akan dikembangkan di sentra-sentra produksi di delapan provinsi yakni Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
Sementara untuk kakao difokuskan di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Gorontalo, Papua Barat, dan Sulawesi Barat.
Terakhir, komoditas kelapa difokuskan ke Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, Papua, Maluku Utara, dan Gorontalo.
Di sisi lain, tetap menargetkan pengembangan ketiga komoditas tersebut selama lima tahun ke depan. Irmi mengatakan, khusus untuk karet target peremajaan 700.000 ha serta kelapa dan kakao masing-masing 500.000 ha.
Irmi mengatakan kemungkinan untuk merealisasikan target tersebut, pemerintah pusat akan meminta bantuan kepada pemerintah daerah. Pasalnya, kalau ketergantungan dengan dana dari pusat hal tersebut sulit terealisasi.
Skema penghimpunan dana seperti halnya kelapa sawit juga menjadi opsi lain. Namun, kata Irmi, masih perlu banyak diskusi dan pembahasan sebelum ketuk palu. Dia pun mengatakan belum dapat memastikan kapan skema tersebut bisa terealisasi untuk karet, kakao dan kelapa.
"Saya tidak bisa bilang tahun depan iya atau tidak, karena perlu dibahas lagi dan dipersiapkan infrastrukturnya.Kalau peremajaan benar dilakukan paling tidak untuk kakao seluas 500.000 ha butuh Rp10 triliun. Total itu baru tahun pertama," katanya. (Pandu Gumilar)