Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merintis pengembangan bank plasma nutfah khusus untuk ikan, demi menjaga keberlangsungan populasi jenis-jenis ikan yang ada di Indonesia.
Upaya menjaga kelangsungan spesies ikan ini dimulai dengan melakukan identifikasi jenis ikan endemik Indonesia. Sejauh ini, ada sekitar 3.213 spesies ikan yang sudah terdidentifikasi dan prosesnya pun masih terus berjalan.
Selanjutnya, selain mengidentifikasi spesiesnya, dilakukan pula identifikasi jumlah. Kondisi atau status ikanpun akan dikategorikan berdasarkan identifikasi jumlah atau volume tersebut, mulai dari ikan dengan kategori populasi yang masih aman atau banyak, sudah mulai jarang, hampir tidak ada atau memang hanya tinggal cerita.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Sjarief Widjaja menyebutkan sebagian dari jenis ikan di atas diperkirakan telah mendekati ambang kepunahan atau hampir tidak ada. Namun, dirinya belum bisa memastikan ikan mana saja yang saat ini telah mendekati ambang kepunahan tersebut.
“Ini yang harus kita restocking ulang semua yang warna merah [terancam punah] ini. Ini yang kami sudah mulau bergerak ke perairan umum daratan,” jelas Sjarief Widjaja, Kamis (27/12/2018).
Melalui bank plasma nutfah ini, BRSDM akan mencoba membuat koleksi hidup spesies ikan endemik Indonesia dengan mengumpulkan sedikitnya 5 pasang ikan dari berbagai spesies dan sumber baik danau, laut, rawa, waduk dan lain-lain. Ikan- ikan tersebut kemudian akan dibiakkan sebelum akhirnya dikembalikan ke tempat asalnya.
Salah satu jenis ikan yang menjadi target restocking adalah ikan Belida dari Palembang. Ikan ini terkenal menjadi ikon Kota Palembang. Selain di Palembang, ikan inijuga bisa ditemuka di sejumlah adaerah lain seperti di Kalimantan.
Namun, belakangan populasu ikan belida di Palembang sudah menyusut jauh. Untuk itu, pihak BRSDM akan melakukan penarikan sejumlah ikan dari tempat asalnya untuk dikembangbiakkan dan pada akhirnya dikembaikan ke habitat asalnya. Selain belida, ada pula ikan torso dari Jawa Barat.
Selain pengembangan bank plasma nutfah BRSDM juga melakukan pemanfaatan vehicle monitoring system (VMS) untuk menjaga kelestarian rajungan. VMS dipasang pada kapal-kapal yang biasa melakukan penangkapan rajungan guna mengidentifikasi daerah kaya rajungan. Kerja sama ini dilakukan di daerah Deman bekerja sama dengan Universitas Diponegoro.
Dari hasil identifkasi tersebut ditemukan bahwa lokasi yang selama ini dijadikan titik penangkapan oleh nelayan merupakan tempat bertelur rajungan. Berdasarkan kondisi ini, daerah tersebut pun akhirnya diputuskan sebagai lokasi konservasi dan no take zone.
“Baru radius sekian di luar daerah itu bisa ditangkap. Pola-pola seperti itu harus dikembangan di Indonesia,” ujar Sjarief.