Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menegaskan defisit transaksi berjalan yang bisa mencapai 3% terhadap PDB pada tahun ini bukan level yang mengkhawatirkan.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan defisit dengan kisaran ini sebenarnya masih baik buat Indonesia. "Kami tidak mengatakan defisit transaksi berjalan yang sekarang ini alarming ya," tegas Perry dalam paparan hasil RDG Desember, Kamis (20/12/2018).
Kenaikan impor memang cukup tinggi pada tahun ini, tetapi komposisinya itu sebagian besar untuk barang modal dan bahan baku. Menurut Perry, impor tersebut cukup produktif.
Adapun, masalah utamanya bukan karena defisit transaksi berjalannya yang cukup tinggi. Secara keseluruhan, dia menekankan defisit transaksi berjalan ini harus diimbangi dengan kenaikan surplus neraca modal.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia bersama pemerintah sepakat untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah 2,5% dalam jangka pendek. Dalam hal ini, BI yakin penurunan defisit ini dapat dicapai tahun depan.
Untuk kuartal IV/2018, Perry mengingatkan agar tidak kaget melihat angka defisit transaksi berjalan pada periode ini. Bank Indonesia memperkirakan defisitnya akan berada di atas 3%.
"Karena defisitnya rendah pada kuartal I / 2018 sebesar 1,7%, jadi keseluruhan tahun berada di sekitar 3%," kata Perry. Sekali lagi, dia menegaskan defisit tersebut bulan level yang 'alarming'.
Perry mengimbau agar semua pihak dapat melihat keseluruhan neraca pembayaran, bukan hanya transaksi berjalan saja. Pada November, BI mencatat ada aliran dana masuk sebesar US$7,9 miliar seiring dengan penerbitan obligasi global korporasi dalam negeri.
"Sehingga secara keseluruhan, khususnya kuartal IV/2018, neraca modal mengalami surplus yang akan lebih tinggi dari defisit transaksi berjalan," ungkap Perry. Dengan demikian, dia yakin neraca pembayaran akan surplus pada kuartal IV/2018.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menambahkan surplus di neraca modal pada kuartal akhir ini juga akan diperkuat oleh penerbitan surat utang pemerintah yang dilakukan Desember ini.
"Jadi ini untuk pertama kali pada 2018, balance of payment kembali surplus," kata Mirza. Jika tren ini berlanjut hingga tahun depan, seiring kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan hanya dua kali dan sentimen emerging market menguat, penurunan defisit transaksi berjalan menjadi 2,5% dapat tercapai.