Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Memperkirakan Manufaktur Tumbuh 5,4% pada 2019

Kementerian Perindustrian memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada tahun depan sebesar 5,4%.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) didampingi Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Harjanto memperkenalkan mobil AMMDes (Alat Mekanis Multiguna Perdesaan) KMW Unit Penjernih Air kepada tim Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (12/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) didampingi Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Harjanto memperkenalkan mobil AMMDes (Alat Mekanis Multiguna Perdesaan) KMW Unit Penjernih Air kepada tim Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (12/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada tahun depan sebesar 5,4%.

Dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2018, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan dengan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3% pada 2019, maka industri pengolahan non migas diperkirakan tumbuh 5,4%.

“Subsektor industri yang diproyeksikan tumbuh tinggi antara lain makanan dan minuman, permesinan, tekstil dan pakaian jadi, kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta barang logam, komputer dan barang elektronika,” ujarnya di Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Secara rinci, pada tahun depan industri makanan dan minuman diproyeksikan bisa tumbuh sebesar 9,86%. Selanjutnya, industri permesinan diproyeksi tumbuh sebesar 7%, industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 5,61%, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki sebesar 5,40%, dan industri barang logam, komputer, dan barang elektronik sebesar 3,81%.

Apabila dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan pada tahun lalu yang sebesar 5,67%, maka proyeksi tahun depan lebih moderat. Haris Munandar, Sekretaris Jenderal Kemenperin, menjelaskan pihaknya mempertimbangkan faktor global untuk memproyeksikan angka pertumbuhan industri manufaktur pada 2019.

Pasalnya, saat ini banyak negara melakukan proteksi untuk melindungi industrinya masing-masing, seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat. “Setelah AS mulai, negara lain juga ikut, ini mempersulit ruang gerak,” katanya.

Kendati demikian, Haris memandang permintaan domestik pada 2019 masih baik. Menurutnya, saat ini yang terjadi adalah perubahan model transaksi, tetapi permintaan terhadap produk manufaktur masih ada.

“Mall ada yang tutup, bukan berarti belanja masyarakat berkurang, cuma model transaksinya yang berbeda. Saat ini masyarakat menggunakan media online, ini akan mendorong pertumbuhan industri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper