Bisnis.com, JAKARTA – Dalam Konferensi Perubahan Iklim ke-24 di Katowice, Polandia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menegaskan kerjasama pembangunan berkelanjutan memerlukan kolaborasi pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat.
Kepala Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Kirsfianti L. Ginoga menyatakan produk riset yang dihasilkan pihaknya berdampak nyata pada tercapainya pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Di antaranya adalah tentang pembangkit listrik tenaga air mikro (mikrohidro). Teknologi yang dihasilkan peneliti Puslitbang Hutan KLHK memungkinkan masyarakat sekitar hutan untuk memperoleh akses energi listrik yang terjangkau dan mudah dirawat.
Sementara itu, riset lain yang berdampak langsung pada masyarakat adalah tentang produk inokulan pembentuk gaharu berbentuk tablet yang lebih terjangkau. Proses inokulasi itu bisa merangsang terbentuknya gubal gaharu yang bernilai tinggi di pasaran.
“Harga gaharu yang tinggi menguntungkan masyarakat yang membudidayakan pohon gaharu,” ujar Kirsfianti melalui siaran pers, Senin (10/12/2018).
Dia menerangkan, Puslitbang Hutan KLHK juga tengah mengembangkan aplikasi fungi mikoriza untuk meningkatkan persentase hidup tanaman di lahan gambut. Mikoriza adalah hubungan saling menguntungkan antara ja,ut dengan akar pohon. Aplikasi mikoriza juga bisa menghasilkan jamur sebagai bahan pangan.
“Aplikasi mikoriza membantu merehabilitasi lahan gambut, meningkatkan produktivitas lahan, meningkatkan kualitas pohon yang sehat, dan sekaligus menyediakan bahan pangan,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Sustainability Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas Elim Sritaba menyatakan pihaknya mengembangkan banyak inovasi sebagai perwujudan komitmen tercapainya SDG. Adapun yang saat ini tengah berjalan adalah program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
Elim menyebut ini adalah program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mencegah kebakaran hutan dan deforestasi sekaligus mengembangkan alternatif pendapatan berkelanjutan bagi masyarakat. Seperti pertanian pangan, hortikultura, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Dia menilai, program yang diluncurkan pada COP-UNFCCC ke-21 di Paris, Prancis, pada 2015 lalu mendorong APP mengalokasikan dana sebesar US$10 juta untuk 500 desa. “Kami menghibahkan dana tersebut, tetapi dikelola sebagai dana bergulir oleh masyarakat,” tuturnya.
Dampak nyatanya kata Elim dari 267 desa program DMPA hasil pemantauan di 78 desa telah bergabung dengan program DMPA sejak 2016, menemukan bahwa 85% dari desa tersebut mampu menekan angka kebakaran pada 2018, dibandingkan 2016. Selain itu, program DMPA juga berkontribusi dalam menjaga area hutan di sekitar kawasan desa. Berdasarkan pengalaman APP Sinar Mas, program konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pelaku usaha.
“Kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, organisasi swadaya masyarakat, dan pelaku usaha lainnya sangat penting. Hanya dengan bekerjasama kita bisa mendatakan solusi menyeluruh dan berkelanjutan tantangan menghadapi yang dihadapi masyarakat saat ini,” paparnya.
Ketua Tim untuk Pembenahan Sustainable Palm Oil (ISPO) di Yayasan Kehati, Irfan Bahktiar sepakat soal pentingnya kerjasama antar pemangku kepentingan ini. Dia menyatakan hal itu juga sangat berkaitan dengan pembenahan ISPO yang tengah dilakukan.
“PR Besar adalah bagaimana institusi pemerintahan bisa bekerjasama dengan dunia usaha, dan masyarakat,” jelasnya.