Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang KTT UE pertengahan bulan ini, kesepakatan brexit masih belum dapat dipastikan mendapat persetujuan dari Parlemen Inggris. Sementara itu, brexit merupakan salah satu topik yang akan dibahas dalam KTT UE.
Jika Parlemen Inggris menolak memberikan dukungannya untuk Kesepakatan Brexit, Inggris dipastikan bakal keluar dari Uni Eropa dengan tanpa kesepakatan (No-deal Brexit) pada 29 Maret 2019.
Namun demikian, Menteri Lingkungan Inggris Michael Gove yakin bahwa Pemerintahan PM Inggris Theresa May dapat memenangkan suara di Parlemen Inggris dalam pemungutan suara 11 Desember 2018. Pasalnya, alternatif lain dari Kesepakatan Brexit tersebut tidak ada yang lebih baik.
“Saya percaya kita dapat memenangkan argumen dan memenangkan suara. Saya tahu ini menantang, tapi menurut saya kita harus mempertimbangkan benar argumennya dan mencermati [kalau memang ada] alternatif lain,” ujar Gove, seperti dikutip Reuters, Minggu (2/12/2018).
Sementara itu, dalam KTT G20 di Buenos Aires, Argentina, May tampak menghindari pertanyaan mengenai perkiraan masa depan Brexit.
Dia menegaskan bahwa dirinya bakal menjadi PM Inggris yang berhasil membawa negaranya keluar dari Uni Eropa kendati kesepakatan yang telah disusunnya masih mendapat tantangan dari dalam negeri.
“Masih banyak yang harus saya lakukan, tidak hanya mengupayakan Brexit tapi menjadi PM yang membawa Inggris keluar dari UE,” ujar May setelah KTT G20 berakhir.
Dia menyampaikan bahwa 9 hari ke depan menjelang pemungutan suara di Parlemen Inggris pun bakal menjadi waktu yang paling menentukan bagi Inggris Raya.
Adapun, para pemimpin Eropa telah menandatangani Kesepakatan Brexit dalam KTT di Brussels, Belgia, pada Minggu (25/11/2018).
Kesepakatan tersebut dinilai sebagai penawaran terbaik saat ini dan tidak dapat di-renegosiasikan jika Parlemen Inggris menolak memberikan persetujuan
Presiden Komisi Eropa Jean Claude-Juncker menyebutkan bahwa UE tidak akan mengubah posisi fundamental saat ini.
"Ini adalah kesepakata terbaik dan Uni Eropa tidak akan mengubah posisi fundamentalnya. Jadi, menurur saya, Parlemen Inggris akan meratifikasi kesepakatan ini karena mereka adalah parlemen yang bijaksana," kata Juncker, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (25/11/2018).