Bisnis.com, JAKARTA-- Program pengembangan baterai lithium di Indonesia dijadwalkan dimulai pada 11 Januari 2019.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan program tersebut dilakukan seiring dengan adanya rencana pengembangan kendaraan listrik.
"11 Januari kita akan bangun groundbreaking Lithium baterai di Morowali," kata Luhut, Kamis (29/11/2018).
Dalam paparannya, Luhut mengatakan sudah ada dua investor yakni China dan Jepang yang telah berinvestasi senilai US$700 juta untuk pengembangan baterai listrik di Morowali.
Investasi tersebut dilakukan oleh lima konsorium yakni GEM (perusahaan recycle baterai) sebesar 36%, Tsinghan Group 21%, CATL (perusahaan baterai listrik terbesar di China) sebesar 25%, Hanwa (Jepang) 8% dan Indonesia Morowali Industrial Park 10%.
Luhut menjelaskan investasi tersebut dilakukan untuk membangun nickel smelting sebesar 50.000 ton/tahun, termasuk nickel hydroxites dan Cobalt smelting capacity sebesar 4000 ton/tahun.
Baca Juga
Sementara itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan Indonesia perlu menggunakan kendaraan listrik untuk mengurangi impor fuel.
Saat ini, produksi minyak Indonesia hanya mencapai 775.000 barel per hari. Sedangkan konsumsi BBM mencapai 1,3 juta per hari.
"Sehari impor lebih dari 400.000 barel/hari," kata Jonan.
Oleh karena itu pemerintah perlu mendorong industri untuk membuat kendaraan listrik.
"Kenapa penting? Karena listriknya dihasilkan dari energi primer yang besar, komposisinya seperti batu bara, gas alam, ini bisa lokal seperti geothermal, air, tenaga surya, arus laut dan angin. Ini diharapkan untuk mengurangi impor BBM," ujarnya.
Jika rencana kendaraan listrik tidak berjalan, impor BBM diprediksi meningkat 2 kali lipat atau hampir satu juta pada 2025 atau 2030 mendatang.