Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2019, Produsen Oleokimia dari Minyak Sawit Optimistis Tumbuh 20%

Rapolo Hutabarat, Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) menuturkan saat ini kapasitas olekimia mencapai 5,4 juta ton per tahun. Dari jumlah ini pada 2018 diestimasikan dapat diekspor sebesar 4,79 juta ton.
Oleokimia produksi Indonesia diyakini terus bertumbuh./Istimewa
Oleokimia produksi Indonesia diyakini terus bertumbuh./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen oleokimia Indonesia memperkirakan pertumbuhan permintaan produk kimia turunan inti sawit mencapai 20% pada 2019. 
 
Rapolo Hutabarat, Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) menuturkan saat ini kapasitas olekimia mencapai 5,4  juta ton per tahun. Dari jumlah ini pada 2018 diestimasikan dapat diekspor sebesar 4,79 juta ton. 
 
"Kalau tahun depan kami optimis tumbuh 20% untuk nilai atau 12% secara volume [dari estimasi 2018]," kata Rapolo, di Jakarta yang dikutip Jumat (16/11/2018). 
 
Menurut Rapolo, pertumbuhan bisnis ditunjang penambahan investasi pada sektor ini. Diestimasi akan ada pabrik baru yang beroperasi pada 2019 mendatang.  Selain itu. optimisme pertumbuhan seiring pertumbuhan industri gaya hidup,  kesehatan dan konstruksi dunia. Pertumbuhan sektor itu membuat terjadinya lonjakan permintaan oleokimia. Saat ini Indonesia memproduksi 21 produk turunan inti sawit. 
 
 "Ekspor terbesar ke China dan Eropa. Yang menggembirakan ada permintaan [produk olekimia] dari Afrika untuk soap noadle," katanya. 
 
 Dengan mengacu produksi bahan baku, yakni minyak inti sawit, maka kapasitas industri olekimia Indonesia masih dapat dipacu. Pasalnya dengan kondisi saat ini diperkirakan minyak inti sawit sebagai bahan baku mencapai 10 juta ton per tahun. 
 
"Dengan diubah menjadi olekimia maka potensi peningkatan nilai tambah naik hingga 200%," katanya. 
 
 Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan pihaknya mendorong Indonesa menjadi pusat industri pengolahan sawit global untuk keperluan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan. 
 
 Menurut Airlangga, ada tiga jalur hilirisasi minyak sawit yang masih potensial untuk terus  dikembangkan. Hilirasi itu meliputi oleopangan seperti minyak goreng dari olahan minyak sawit, margarin, vitamin A, vitamin E, shortening, ice cream, creamer, cocoa butter atau specialty-fat.
 
Selanjutnya, hilirisasi oleokimia yang menghasilkan produk jadi seperti produk biosurfaktan seperti detergen, sabun, dan shampoo, biopelumas hingga bioplastik. Sedangkan, hilirisasi lainnya yakni menjadi energi atau biofuel. Minyak sawit dapat diolah menjadi biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur. 
 
"Terkait dengan hilirisasi biofuel, saat ini pemerintah tengah serius untuk menerapkan program biodiesel 20% (B20) secara penuh di Indonesia, dan memperluas penggunaan B20 di semua kendaraan bermotor," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper