SINGAPURA, Bisnis.com -- Indonesia mengajak Korea Selatan untuk membuka lagi perundingan kesepakatan dagang dalam kerangka Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan hubungan ekonomi kedua negara sangat baik.
Indonesia dan Korsel tergabung dalam Asean-Korea FTA dan pembahasan intensif Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
"Kita pertimbangkan lagi untuk hidupkan kembali hubungan bilateral. Kita ada Asean Korea FTA, RCEP, tetapi pertimbangkan juga hubungan bilateral yang sangat spesifik untuk kepentingan kedua negara," kata Menteri Enggartiasto di Singapura, Selasa 13/11/2018.
Dia menjelaskan rencana menghidupkan kembali IK-CEPA itu perlu dilakukan segera. "Menteri Korea ini setuju bahwa ini harus segera dilakukan."
Pemerintah menargetkan hubungan perdagangan dengan Korea Selatan mencapai US$30 miliar pada 2022.
Hubungan bilateral kedua negara yang akrab selama 45 tahun terakhir juga diwujudkan dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Korsel pada September 2018.
Saat itu, Indonesia mengantongi 15 perjanjian MoU dan 6 komitmen investasi senilai total US$6,2 miliar.
Dari catatan BKPM, realisasi investasi Korea Selatan Januari-Juni 2018 telah mencapai US$1,2 miliar atau sekitar 7,5% dari keseluruhan investasi asing di Indonesia. Adapun, posisinya berada di peringkat keempat di bawah Singapura, Jepang dan China.
Adapun terkait dengan RCEP, Menteri Enggartiasto menyebutkan pihak Korsel sangat mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam berbagai perundingan.
"Korea mengapresiasi kepada pak Iman Pambagyo selaku ketua TNC (Trade Negotiating Committee) RCEP atas ketelatenan dan kepemimpinannnya," ujar Menteri Enggartiasto.
Dia menyebutkan pihak Korea berkomitmen untuk bersama-sama menyelesaikan perundingan RCEP dengan target dapat rampung pada tahun depan.
"Kita apresiasi investasi dan pertumbuhan dengan Korea tetapi dia harus aktif lagi," tutur Menteri Enggartiasto.
Dia menambahkan pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang membuat iklim investasi Indonesia tidak kalah dengan negara lain.