Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukit Asam Tbk. akan menjual batu bara berkalori tinggi sebagai salah satu strategi mengantisipasi pelemahan harga emas hitam tersebut yang terus berlanjut hingga November 2018.
Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman mengatakan, perseroan menambah penjualan batu bara dengan kalori tinggi sebagai antisipasi dari tren penurunan harga batu bara acuan. Berdasarkan data Kementerian ESDM, harga batu bara turun sejak September 2018.
Menurutnya, PTBA kembali produksi dan menjual batu bara berkalori tinggi mulai tahun ini. Selain itu, Bukit Asam juga menjaga biaya produksi tetap rendah.
“Melalui kedua strategi, terbukti PTBA tetap bisa bertahan. Bahkan, ketika harga batu bara terendah pun seperti pada 2015—2016,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (11/5/2018).
Menurutnya, kinerja PTBA pada kuartal III/2018 masih positif dan sesuai dengan target rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP).
Dia memprediksikan, permintaan batu bara di Asia Utara akan naik lagi karena memasuki musim dingin. PTBA pun akan meningkatkan penjualan batu bara termasuk yang berkalori tinggi.
“Bila melihat proyeksi sejumlah analis, harga batu bara tahun depan diperkirakan masih berada di level yang cukup tinggi, yaitu di rentang US$90—US$100 per ton. Tentunya hal ini positif bagi perusahaan tambang batu bara.”
Harga batu bara acuan (HBA) pada November 2018 sebesar US$97,90 per ton turun 2,97% dibandingkan dengan bulan sebelumnya US$100,89 per ton.
Kementerian ESDM menyebut bahwa penurunan HBA bulanan, masih dipengaruhi oleh kondisi pasar global, yaitu pembatasan kuota impor di China yang berlanjut sehingga menyebabkan permintaan batu bara dari negara itu ikut melemah.
Selain itu, penundaan pengiriman batu bara dari Australia yang terkendala distribusi melalui penggunaan kereta api juga turun memengaruhi penurunan harga emas hitam.
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menjelaskan bahwa tren harga batu bara di indeks batu bara Indonesia (ICI) khususnya untuk kualitas batu bara yang banyak dipasok dari Indonesia sejak Juli memang terus menurun.
Dia membenarkan bahwa tren penurunan harga disebabkan melemahnya permintaan dari China. Di sisi lain, suplai batu bara dari Indonesia berlebih.
Kebijakan pemerintah Indonesia yang menggenjot ekspor dikhawatirkan semakin memperlemah harga batu bara. Sebelum kebijakan penambahan kuota produksi, imbuh dia, pasar dikhawatirkan sudah kelebihan suplai terutama ekspor dari Indonesia. Penambahan kuota produksi batu bara berdampak terhadap pelemahan harga komoditas tersebut.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengatakan, harga batu bara hingga akhir tahun ini masih berada pada level yang tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Oleh karena itu, kinerja produsen tambang pada tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
Dia juga melihat strategi perusahaan tambang berusaha mengejar target produksi pada paruh kedua tahun ini karena didukung cuaca kondusif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel