Bisnis.com, JAKARTA — Perkiraan pertumbuhan ekonomi dari Komisi Eropa dan data Indeks Pembelian Manajer (PMI) dari sektor jasa untuk Zona Euro akan menambah kejelasan prospek pertumbuhan ekonomi Benua Biru setelah bergerak mengecewakan pada kuartal III/2018.
Adapun, Komisi Eropa akan merilis perkiraan ekonomi kuartalan untuk negara-negara UE pada Kamis (8/11), termasuk data PDB untuk Inggris yang akan meninggalkan UE pada Maret.
Menurut data perkiraan sebelumnya pada Juli, Komisi Eropa memperkirakan ke-19 negara di dalam Zona Euro akan tumbuh 2,1% pada tahun ini, atau lebih lambat dari 2,4% pada tahun lalu. Selanjutnya, pertumbuhan itu akan terus melambat menjadi 2,0% pada tahun depan.
“Jika melihat kondisi ekonomi Zona Euro, memang melambat. Pertumbuhan tahun lalu berada di atas tren, sementara sekarang muncul banyak kekhawatiran terkait perdagangan,” kata Brian Giuliano, Vice President of Porffolio Management for Fix Income di Brandywine Global, Philadelphia, seperti dikutip Reuters, Senin (5/11).
Kala itu, Komisi Eropa memperkirakan Italia yang pemerintahannya terjebak dalam perang retorika dengan Brussels terkait berkas anggaran 2019 akan mencetak pertumbuhan terendah di Eropa, disusul oleh Inggris.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) menyebutkan dalam laporannya bahwa perusahaan-perusahaan di Zona Euro kini telah semakin mendapatkan kendala kapasitas (capacity constraint) yang dapat menaikkan inflasi.
Hal itu pun membentuk optimisme bagi Dewan Gubernur ECB yang tengah bersiap menghentikan program pembelian obligasi pada akhir tahun ini.
Namun demikian, data-data ekonomi yang mengecewakan belakangan ini yang menunjukkan bahwa ekonomi Zona Euro mulai kekurangan momentum telah memberatkan sentimen investor ke level terendahnya dalam lebih dari 2 tahun.
Lebih lanjut, berdasarkan laporan ECB, 19 negara di Zona Euro seluruhnya telah secara konsisten berekspansi dalam laju yang lebih cepat daripada yang diperkirakan dari potensi jangka panjangnya, sehingga penyusutan ekonomi secara bertahap tidak dapat terhindarkan.
“Kendala pasokan diperkirakan semakin meningkat ke depannya, yang akan kondusif untuk pengetatan secara gradual untuk pertumbuhan upah dan inflasi,” kata periset ECB Malin Andersson, Bela Szorfi, Mate Toth, dan Nico Zorell yang menulis laporan tersebut.