Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) didorong untung mengubah metode pemantauan operasional sebagai antisipasi kilang mati produksi yang tak direncanakan (unplanned shutdown).
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar telah melakukan koordinasi dengan pihak Pertamina terkait dengan unplanned shutdown di beberapa kilang milik perusahaan pelat merah ini pada Senin (8/10/2018).
Arcandra mengatakan karena ada beberapa kali operasional kilang Pertamina mati berproduksi tanpa direncanakan, mengakibatkan impor produk minyak Pertamina lebih besar daripada impor minyak mentahnya.
“Beberapa kali unplanned shutdown kalau ga salah Juni – Juli. Kemarin kami membahas usaha apa saja sehingga bisa memperkecil, kilang mati produksi yang tak direncanakan ,” tuturnya, Selasa (9/10/2018).
Selama ini, metode perawatan kilang Pertamina diarahkan pada upaya preventif atau preventive maintenance. Nantinya, metode akan diubah menjadi predictive maintenance.
Arcandra menyebutkan, perubahan metode ini akan berpengaruh pada penambahan sumber daya manusia, teknologi dan strateginya.
“Kalau pakai predicitive, kilang kilang dunia itu menggunakan maintanance system yang sudah predictive, teknologi apa yang diperlukan, dan kita bahas itu kemarin,” ujarnya.
Dengan menggunakan metode pengawasan operasional ini, pihaknya optimistis keandalan kilang lebih terjaga. Menurutnya, intensitas unplanned shutdown jangan sampai memengaruhi kinerja perseroan, terlebih posisi storage kilang Pertamina hanya untuk mengisi kebutuhan 20 hari.
Beberapa kilang yang mengalami mati produksi mendadak yakni kilang Dumai dan Plaju. Secara umum, Pertamina memiliki dan mengoperasikan 6 buah unit kilang dengan kapasitas total mencapai 1.046.700 Barrel.
Beberapa kilang minyak seperti kilang UP-III Plaju dan Kilang UP-IV Cilacap terintegrasi dengan kilang Petrokimia, dan memproduksi produk-produk Petrokimia yaitu Purified Terapthalic Acid (PTA) dan Paraxylene. Khusus untuk kilang RU II Dumai berkapasitas 170.0 mbsd, dan RU III Plaju sebanyak 133,7 mbsd.
“Kilang yang unplanned shutdown tahun ini lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya,” tambahnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, sepanjang Januari – Agustus, impor produk Pertamina sebanyak 93,23 juta liter, sementara impor minyak mentah sebanyak 78,38 juta liter.
Sementara itu, data Pertamina sendiri menunjukkan impor produk minyak posisi year to date Agustus 2018 sebanyak 393.000 barel per hari, sedangkan untuk impor crude oil sebanyak 351.000 barel per hari.