Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stafsus Presiden Ahmad Erani Yustika: Neraca Perdagangan Berpotensi Surplus US$3 Miliar Akhir 2018

Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika memperkirakan neraca perdagangan Indonesia mempu mengalami surplus sekitar US$2 miliar—US$3 miliar pada akhir 2018.
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Adita Irawati (kiri), Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masdukui), dan Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika saat memberikan keterangan kepada wartawan di Kompleks Istana Negara./Bisnis-Amanda K. Wardhani
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Adita Irawati (kiri), Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masdukui), dan Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika saat memberikan keterangan kepada wartawan di Kompleks Istana Negara./Bisnis-Amanda K. Wardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika memperkirakan neraca perdagangan Indonesia mempu mengalami surplus sekitar US$2 miliar—US$3 miliar pada akhir 2018.

Pernyataan itu disampaikan oleh Erani dalam diskusi dengan sejumlah wartawan di Jakarta pada Rabu (19/9/2018). Pada awalnya, Erani memperkirakan neraca perdagangan Indonesia dapat surplus US$4 miliar pada akhir 2018.

Namun, perkiraan neraca perdagangan surplus US$4 miliar pada akhir 2018 itu dibuat berdasarkan asumsi bahwa neraca perdagangan pada bulan Agustus 2018 netral.

Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan posisi defisit sebesar US$1,02 miliar. "[Akhir tahun 2018] kita harapkan US$2 miliar—US$3 miliar," kata Erani.

Menurutnya, salah satu hal yang perlu diapresiasi adalah ekspor non-migas yang menunjukkan tren positif. Berdasarkan data BPS, ekspor non-migas mencapai US$108,69 miliar dalam periode Januari-Agustus 2018 atau meningkat 10,02% dibandingkan dengan ekspor non-migas pada periode yang sebelumnya.

Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia mencapai US$120,1 miliar dalam periode Januari-Agustus 2018 atau meningkat 10,39% dibandingkan dengan nilai ekspor pada periode yang sama 2017.

Erani mengatakan salah satu pekerjaan rumah saat ini adalah di sektor minyak dan gas. Seperti diketahui, nilai impor minyak dan gas naik sebesar US$385,6 miliar pada Januari-September 2018 atau sebesar 14,5% dibandingkan dengan periode yang sama 2017. Impor migas merupakan salah satu penyebab utama defisit neraca perdagangan Indonesia.

Kendati demikian, Erani juga mengaku senang karena defisit neraca perdagangan berkurang sebesar 50% pada Agustus 2018 menjadi US$1,02 miliar dibandingkan dengan US$2,03 miliar pada Juli 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper