Bisnis.com, JAKARTA—Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi menyampaikan bahwa ekonomi Zona Euro masih solid untuk menghadapi risiko global kendati ECB menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonominya.
“Kami memantau kekuatan perekonomian yang membuat kami memandang risiko penurunan (downside) akan berkurang karena membaiknya pasar pekerja, dan naiknya upah,” kata Draghi dalam konferensi pers ECB di Frankurt, Jerman, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (14/9/2018).
Adapun menurut Draghi, ECB tetap melihat ancaman utama yang menyebabkan ketidakpastian di dalam output global saat ini berasal dari munculnya proteksionisme.
Adapun beberapa potensi ancaman dari luar untuk Zona Euro saat ini datang dari Turki—dengan Bank Sentral Turki menaikkan suku bunganya sebesar 625 bps menjadi 24% pada Kamis (13/9/2018), ketidakpastian keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), dikombinasikan dengan gejolak pasar keuangan dan ancaman tarif dari Amerika Serikat.
Adapun ECB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Zona Euro akan mencapai 2% dan 1,8% pada tahun ini dan tahun depan, atau turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,1% dan 1,9%. Sementara itu, perkiraan tingkat inflasi tetap tidak berubah di level 1,7% pada tahun ini dan tahun depan.
ECB juga mengonfirmasi bahwa bank sentral akan memperlambat pembelian obligasi mulai bulan depan dan bersiap untuk menghentikan pembelian obligasi pada akhir tahun ini.
Baca Juga
Pembuat kebijakan juga mengulang kembali pernyataan bahwa suku bunga akan dipertahankan di level rendah, sebesar 0%, setidaknya hingga musim panas tahun depan.
Draghi menambahkan, pengukuran secara keseluruhan—termasuk reinvestasi utang jatuh tempo—masih akan dilakukan untuk memberikan dukungan ke dalam perekonomian.
“Pandangan bulat dari Dewan Gubernur adalah bahwa kebijakan moneter saat ini masih kuat. Stimulus kebijakan moneter yang signifikan masih dibutuhkan untuk mendorong tekanan harga domestik dan inflasi dalam jangka menengah,” kata Draghi.