Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Masalah yang Dihadapi Industri Alas Kaki

Pelaku industri alas kaki dalam negeri meminta perhatian pemerintah daerah agar bisnis yang sudah ada bisa terus bertahan dan berkembang.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (ketiga kanan) meninjau proses pembuatan sepatu di Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (25/9)./ANTARA-Umarul Faruq
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (ketiga kanan) meninjau proses pembuatan sepatu di Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (25/9)./ANTARA-Umarul Faruq

Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku industri alas kaki dalam negeri meminta perhatian pemerintah daerah agar bisnis yang sudah ada bisa terus bertahan dan berkembang.

Firman Bakri, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), mengatakan saat ini terdapat laporan ke asosiasi bahwa satu perusahaan sepatu yang berlokasi di Tangerang tutup sejak 2 Juli 2018 karena faktor biaya tenaga kerja. Seperti diketahui, sektor alas kaki menyerap tenaga kerja yang cukup besar, sehingga apabila upah minimum tinggi, semakin besar pula beban perusahaan.

Oleh karena itu, beberapa perusahaan memilih untuk merelokasi pabriknya ke wilayah dengan UMK yang lebih rendah, seperti ke kabupaten yang berada di Jawa Tengah.

"Nah, untuk perusahaan yang tutup ini mereka enggak bisa relokasi karena beban pesangon, akhirnya memilih untuk tutup," ujarnya Kamis (13/9/2018).

Jumlah tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan akibat penutupan pabrik tersebut sebanyak 1.300 orang. Perusahaan tersebut skalanya cukup kecil dibandingkan perusahaan-perusahaan yang mampu merelokasi pabriknya ke Jawa Tengah.

Menurutnya, dengan kejadian tersebut, asosiasi berharap pemerintah daerah memberikan perhatian lebih kepada industri yang ada di daerahnya. Apalagi, pemerintah daerah merupakan pihak yang menerima manfaat paling besar.

Salah satu yang diharapkan oleh pelaku industri alas kaki adalah insentif dari pemerintah daerah. Bentuknya, lanjut Firman, tidak perlu sama seperti insentif fiskal yang berasal dari pemerintah pusat.

"Hingga saat ini belum ada insentif dari pemerintah daerah. Kami berharap instrumen tidak seperti di pusat, tetapi instrumen yang menjadi wewenang mereka. Setidaknya tidak ada pungutan yang memberatkan dan kunjungan serta sidak yang tidak jelas dan mengganggu operasional," katanya.

Firman menegaskan apabila pemerintah daerah tidak peduli dan mengeluarkan instrumen untuk mempertahankan investasi, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan alas kaki yang gulung tikar bakal bertambah.

Industri alas kaki sendiri merupakan salah satu industri prioritas dalam negeri dengan nilai ekspor senilai 4,52 miliar euro sepanjang 2017. Saat ini, Indonesia berada di urutan keenam sebagai negara eksportir terbesar di dunia setelah China, Vietnam, Italia, Jerman, dan Belgia.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah terus berupaya memacu pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan investasi dan ekspor. Untuk mendorong investasi, kata Airlangga, pemerintah menyiapkan insentif dan kebijakan pendukung, khususnya untuk industri padat karya yang berorientasi ekspor seperti tekstil, garmen, dan sepatu.

“Kami telah mengusulkan insentif untuk memudahkan relokasi pabrik ke daerah dengan tingkat upah minimum regional yang rendah. Agar pertumbuhan ekonomi dapat bergerak merata," ucapnya.

Pada kuartal II/2018, sektor alas kaki menjadi salah satu penopang pertumbuhan industri manufaktur dengan pertumbuhan sebesar 11,38%. Selain alas kaki, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri makanan dan minuman, serta industri tekstil dan pakaian jug mencatatkan kinerja yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper