Bisnis.com, DENPASAR -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso optimistis Indonesia akan mampu mengekspor beras pada Januari 2019 apabila produksi dalam negeri terus surplus.
Budi Waseso atau Buwas, langkah Menteri Pertanian dengan memperluas area tanam sebanyak 2 kali lipat dari kondisi pada umumnya telah mempengaruhi produksi beras.
Adapun luas area tanam untuk masa produksi Juli sampai September 2018 kini telah ditambah dua kali lipat menjadi 1 juta hektar. Dengan kondisi ini, akan mampu menghasilkan gabah hingga 6 juta tongabah yang akan menjadi 3 juta ton beras.
Baca Juga
Sebelumnya, hasil produksi beras dari luas area tanam selama ini tidak mencukupi kebutuhan beras masyarakat. Seperti misalnya, masa tanam antara Juli hingga September tiap tahunnya hanya mampu memenuhi separuh kebutuhan beras Indonesia. Adapun pada masa tanam tersebut, luas lahan produksi adalah sebesar 500.000 hektar dengan mampu memprodusikdi 3 juta ton gabah. Pada panen nantinya akan mengahasilkan 1 juta ton beras.
Sementara, kebutuhan beras masyarakat Indonesia adalah sebanyak 2,5 juta ton. Artinya akan ada defisit kebutuhan beras hingga 1 juta ton.
Sementara, dengan perluasan dua kali lipat area tanam, maka akan membuat Indonesia surplus beras sebanyak pada periode November 2018 hingga Januari 2019.
“Sebenarnya tadi Pak Menteri Pertanian kita sudah berupaya sekuat mungkin swasembada pangan, produksi ditingkatkan dengan upaya tadi, ini berdampak pada ketersediaan barang, jika sudah banyak kenapa harus impor, justru kita harus ekspor,” katanya, Kamis (6/9/2018).
Dia pun optimistis Indonesia akan mampu mengimpor beras pada Januari 2019 jika produksi terus surplus. Ada banyak negara yang akan menjadi tujuan ekspor beras ini yakni mulai dari Timor Leste, Singapura, hingga Malaysia.
“Januari 2019 kita berupaya sudah bisa impor beras,” katanya.
Sementara, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyambut positif keyakinan Buwas tersebut. Saat ini, secara bertahap, Indonesia akan mulai mengekspor produk pertaniannya. Seperti misalnya 9.000 ton manggis dari Bali dengan tujuan China maupun 32.000 bibit ayam petelur (DOC) dari Bali ke Timor Leste.
"Kita harus optimis, negara ini merdeka karena optimistis," katanya.