Bisnis.com, JAKARTA — Meskipun nilai tukar rupiah tengah bergejolak, konsumen Indonesia tetap optimistis memandang situasi perekonomian di dalam negeri.
Berdasarkan hasil survei Nielsen Indonesia, indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia pada kuartal II/2018 bertengger pada level 127, tidak berubah dari kuartal sebelumnya. Angka tersebut juga merupakan yang tertinggi di dunia.
“Level keyakinan konsumen Indonesia lumayan tinggi, yakni stabil di level 127. Itu artinya Indonesia menjadi negara paling percaya diri di dunia dalam indeks ini,” ujar Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin, Rabu (5/9/2018).
Untuk diketahui, IKK dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu persepsi mengenai lapangan pekerjaan, optimisme akan keadaan keuangan pribadi, serta keinginan untuk berbelanja.
Persepsi konsumen Indonesia terhadap prospek lapangan pekerjaan pada kuartal II/2018 mencapai 71%, tidak berubah dari kuartal sebelumnya. Sementara itu, optimisme akan keadaan keuangan pribadi berada pada level 82%, merosot dari kuartal sebelumnya yang mencapai 85%.
Adapun, keinginan konsumen untuk berbelanja (dalam 12 bulan ke depan) pada kuartal II/2018 berada pada level 63%, naik dari kuartal sebelumnya yang mencapai 62%.
“Sebenarnya, capaian ini relatif tidak terlalu besar berubahnya. Semakin tinggi tingkat percaya diri mereka, itu berarti [konsumen Indonesia] makin merasa aman soal kondisi finansial di dalam negeri,” kata Agus.
Kendati kondisi ekonomi dan iklim bisnis tengah tidak menentu serta nilai tukar rupiah terus melemah dan ditutup pada level Rp14.938 per dolar AS pada Rabu (5/9), indeks keyakinan konsumen Indonesia diyakini tidak akan terlalu terpengaruh dalam beberapa waktu ke depan.
“Biasanya, masyarakat negara yang religius, level kepercayaan dirinya tinggi. Contohnya Indonesia, Filipina, dan India. Saya yakin [IKK] kita masih tinggi karena angkanya di atas 100 poin. Tinggal lihat saja nanti, kalau turun pun enggak akan terlalu banyak,” ucapnya.
HARGA BARANG
Lebih lanjut, Agus berpendapat, turun atau tidaknya konsumsi masyarakat pada kuartal III/2018 akan lebih dipengaruhi oleh keputusan pengusaha untuk menaikkan harga produk yang dijual mengikuti tekanan pada nilai tukar rupiah.
Pasalnya, lanjut Agus, apabila harga produk di tingkat konsumen melambung akibat depresiasi mata uang Garuda, konsumsi masyarakat pun akan tercederai.
“Sejauh ini, [harga] produk yang dijual oleh pengusaha belum mengikuti kurs saat ini. Kalau pengusaha menaikkan harga produk mereka, tentu akan membuat konsumsi masyarakat menurun dan tingkat keyakinan juga akan turun,” tuturnya.
Pasalnya, penguatan dolar AS terhadap rupiah akan mendesak konsumen untuk berpikir ulang sebelum membelanjakan uangnya. Konsumen akan lebih memperhitungkan apakah harga barang-barang yang ingin dibeli sudah mengalami kenaikan atau belum.
“Pada kuartal II/2018 saja sebenarnya sudah kelihatan, masyarakat mulai hati-hati dalam berbelanja, ditandai dengan naiknya jumlah tabungan sebanyak 7%. Jadi itu menunjukkan mereka lebih pilih menabung daripada belanja,” terang Agus.
Ketika dihubungi terpisah, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengestimasi, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia bakal turun pada kuartal III tahun berjalan sebagai dampak dari pelemahan rupiah dan harga minyak dunia yang masih tinggi, yaitu di kisaran US$68—US$69 per barel.
Menurutnya, meski ada perhelatan akbar Asian Games 2018 pada 18 Agustus—2 September, konsumsi masyarakat pada Juli—September tidak akan terlalu terdongkrak.
“Di kuartal III/2018 saya kira IKK dan konsumsi masyarakat akan menurun karena tak ada momentumnya, seperti saat Lebaran pada kuartal II/2018. Asian Games yang digadang-gadang akan berpengaruh pada konsumsi masyarakat pun tak begitu berdampak,” ujarnya. (Bisnis, 5/9)
Dia memprediksi, pertumbuhan sektor ritel pada kuartal III/2018 pun akan melemah dari capaian pada kuartal sebelumnya, saat perolehan omzet industri ritel modern mampu tumbuh sekitar 40%.
Pasalnya, sebut Eko, banyak peritel yang menggantungkan produk dagangannya pada barang impor.
“Kondisi bisnis ritel pada kuartal III/2018 akan seperti kondisi pada kuartal I/2018. Untuk kategori barang fesyen, makanan, dan perlengkapan mandi mungkin tak terlalu banyak pengaruhnya. Sebab, akan ada banyak produsen yang mengurangi volume produknya—seperti dijual dalam bentuk sachet—agar mereka tidak perlu menaikkan harga di tingkat konsumen.”
Menurut Eko, untuk menggenjot konsumsi masyarakat pada kuartal III/2018, pemerintah perlu melakukan percepatan belanja strategis terutama untuk alokasi anggaran program keluarga harapan (PKH) dalam APBN senilai Rp50 triliun dan penyaluran raskin (beras miskin).
Sebaliknya, pengusaha pun diharapkan dapat mencari subtitusi bahan atau produk di dalam negeri guna mengurangi impor dan meredam risiko tekanan lebih lanjut pada nilai tukar rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi, indeks tendensi konsumsi pada kuartal III/2018 hanya akan menyentuh 95,69 akibat penurunan pendapatan dan berkurangnya rencana konsumen untuk membeli barang tahan lama, melakukan rekreasi, hingga menggelar hajatan.
Sementara itu, dari kalangan pengusaha, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa menuturkan, kondisi ekonomi Indonesia sangat berdampak pada penurunan belanja konsumen sebesar 5% sepanjang tahun ini.
“Orang menahan untuk belanja memang. Mereka lebih memilih menggunakan uangnya untuk liburan atau tabungan,” ucapnya.
Indeks Keyakinan Konsumen pada Kuartal II/2018
-----------------------------------------------
Negara Peringkat Indeks
-----------------------------------------------
Indonesia 1 127
Filipina 2 127
India 3 124
AS 4 123
Vietnam 5 120
Denmark 6 118
Malaysia 7 117
UEA 8 116
Pakistan 9 115
China 10 113
-----------------------------------------------
Bagaimana Konsumen Indonesia Berhemat untuk Belanja Rumah Tangga?
------------------------------------------------------------------------------------------
Metode QI/2018 (%) QII/2018 (%)
------------------------------------------------------------------------------------------
Memangkas anggaran hiburan di luar rumah 37 47
Mengurangi belanja baju baru 42 43
Menunda belanja gadget baru 42 42
Menghemat bahan bakar dan listrik 39 40
Memangkas anggaran liburan keluarga 35 35
Memangkas belanja makan di luar rumah 26 28
------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk Apa Konsumen Indonesia Menghabiskan Cadangan Uang Mereka?
---------------------------------------------------------------------------------
Kegiatan QI/2018 (%) QII/2018 (%)
---------------------------------------------------------------------------------
Ditabung 65 66
Berlibur/berpelesir 44 46
Membeli gadget baru 33 31
Mencari hiburan di luar rumah 24 30
Renovasi rumah 31 28
Membeli baju baru 33 25
---------------------------------------------------------------------------------
Apa Kekhawatiran Terbesar Konsumen Indonesia?
-------------------------------------------------------------------------
Isu QI/2018 (%) QII/2018 (%)
-------------------------------------------------------------------------
Perekonomian nasional 30 32
Terorisme 12 31
Stabilitas politik 20 20
Kesejahteraan orang tua 13 15
Toleransi beragama 22 14
-------------------------------------------------------------------------
Sumber: Survei Nielsen, 2018