Bisnis.com, JAKARTA - Keberadaan Pusat Logistik Berikat (PLB) selama 2 tahun ini dinilai memberikan dampak yang besar terutama untuk menyongsong Indonesia sebagai hub logistik Asia Pasifik.
Ketua Perkumpulan Pusat Logistik Berikat (PPLB) Ety Puspitasari mengatakan sejauh ini keberadaan PLB sudah dalam keadaan on the track guna mencapai proses tujuan yang diharapkan pemerintah tersebut.
Ety memaparkan pencapaian-pencapaian terkait keberadaan PLB di antaranya kecepatan proses dipelabuhan telah mengalami penurunan yang cukup membantu baik dari sisi waktu dan pemangkasan biaya dalam proses kepelabuhanan.
Selain itu, menurutnya, juga telah mampu memberikan bukti penghematan yang cukup besar bagi para pengusaha yang sebelumnya memiliki inventory di luar negeri yang kemudian di konversikan menggunakan PLB sebagai pusat inventory-nya.
"Mengingat selisih biaya sewa di luar negeri, contohnya, Singapura dibandingkan dengan Indonesia memiliki perbedaan antara 30%-40% lebih rendah," ujarnya, Selasa (4/9/2018).
Di samping itu, pencapaian lain yaitu proses persiapan dokumen (pemenuhan persayaratan impor) dapat dilakukan di dalam PLB sehingga barang siap masuk ke dalam wilayah Indonesia sehingga membantu mengurangi potensi kongesti pelabuhan yang disebabkan keterlambatan importir dalam proses dokumen.
"Proses PLB transhipment dan ekspor juga sudah mulai berjalan. Sebagai contoh terutama ini yang terjadi di Denpasar, Bali, dan produk CPO atau produk turunan dari Kelapa sawit serta Karet," katanya.
Ety mengatakan saat ini sudah terdapat 59 PLB yang beroperasi di 81 lokasi di seluruh indonesia atau melonjak hampir 10 kali lipat saat diresmikan dua tahun lalu yaitu sekitar 11 PLB di 11 lokasi.
Adapun wilayah yang paling banyak sebarannya antara lain wilayah Jawa (DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa timur) yang merupakan sentra Industri, diikuti dengan Kalimantan, Sumatra, Sulawesi (Makassar), Bali, dan Papua.
"Ini merupakan indikasi yang sangat positif dengan animo pengguna dan pengusaha yang cukup tinggi terhadap PLB. Wilayah operasional PLB saat ini memang masih cukup banyak di Jawa," ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menilai untuk menjadikan Indonesia sebagai hub Asia Tenggara/Pasifik sesuai cita-cita pemerintah dinilai masih jauh termasuk dengan keberadaan PLB.
"Tahun 2019 menjadi hub logistik menurut saya masih jauh. Dan perlu kerja keras dan kita bisa menjadi hub logistik dalam beberapa komoditi dalam 3 tahun ke depan saja sudah bagus," katanya kepada Bisnis, Minggu (2/9/2018).
Di sisi lain, dia mendorong pemerintah terus memperluas keberadaan PLB Kawasan Timur Indonesia (KTI) menyusul diresmikannya 16 pelabuhan di KTI oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, bulan lalu.
Hal ini penting guna memantik pusat-pusat perdagangan baru di samping menciptakan konektivitas laut dan pertumbuhan ekonomi wilayah itu.
Adapun keberadaan PLB yang dibangun pada 10 Maret 2016 merupakan realisasi dari Paket Kebijakan Ekonomi jilid II yang diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional, mempercepat waktu bongkar muat (dwelling time) di pelabuhan serta menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional.