Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor 900 Komoditas Dibatasi, Kemenperin Dorong Industri Substitusi

Pengendalian impor melalui peningkatan pajak penghasilan yang diterapkan pada September mendatang diharapkan memperkuat industri nasional.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan serta arahannya saat menghadiri kickoff electrified vehicle comprehensive Study di Kementerian Perindustrian, Jakarta, 4 Juli 2018. Dalam kegiatan ini, Kementerian Perindustrian menggandeng PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan enam perguruan tinggi negeri untuk bersama melakukan riset dan studi secara komprehensif tentang pentahapan teknologi electrified vehicle di dalam negeri./Kemenperin
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan serta arahannya saat menghadiri kickoff electrified vehicle comprehensive Study di Kementerian Perindustrian, Jakarta, 4 Juli 2018. Dalam kegiatan ini, Kementerian Perindustrian menggandeng PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan enam perguruan tinggi negeri untuk bersama melakukan riset dan studi secara komprehensif tentang pentahapan teknologi electrified vehicle di dalam negeri./Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengendalian impor melalui peningkatan pajak penghasilan yang diterapkan pada September mendatang diharapkan memperkuat industri nasional.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan produk yang dikenakan sangat banyak, namun salah satunya adalah produk tekstil. Pemerintah sendiri meski belum merilis jenis produknya, memperkirakan pengendalian ini mencakup 900 produk.

"Sehingga produk substitusi diharapkan menjadi lebih berdaya saing," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Pemerintah sendiri, kata dia, sangat berhati-hati menetapkan produk yang akan dikenai pengendalian impor ini. Fokus utama adalah produk-produk konsumsi yang telah mampu diproduksi oleh industri dalam negeri.

Dia juga mendorong industri dalam negeri untuk melihat peluang meningkatkan produksinya. Produk-produk impor yang tergerus pasarnya karena harganya yang lebih mahal, akan membuat konsumen beralih kepada produk sejenis dengan harga lebih murah dan kualitas sama baiknya.

Sekretaris Jenderal Kementrian Perindustrian Haris Munandar menuturkan pihaknya meminta industri mengoptimalkan kapasitas produksi terpasang (utilisasi) guna mengisi pasar domestik.

"Langkah substitusi impor ini tidak masalah dijalankan apabila bahan baku tersebut ada dan mampu mencukupi kebutuhan di dalam negeri," kata Haris.

Untuk optimalisasi industri dalam negeri ini, Haris menyatakan pihaknya masih menunggu daftar resmi 900 komoditas yang akan dibatasi impornya dari Kementerian Keuangan. Apalagi diyakini dengan meningkatnya aktivitas manufaktur akan membawa efek berantai positif yang luas bagi perekonomian.

Haris juga menambahkan, kepastian komoditas yang dibatasi juga menjadi landasan Kemenperin untuk aktif mendorong masuknya investasi untuk produk-produk yang disubstitusi dari produk impor.

"Dengan adanya upaya tersebut, berarti ada optimisme bisa menaikkan kinerja dan daya saing industri nasional. Kami berharap industri subtitusi impor bisa berkembang signifikan," katanya.

Pada semester I tahun 2018, jumlah penanaman modal dari kelompok manufaktur mencapai Rp122 triliun melalui 10.049 proyek atau menyumbang 33,6 persen dari total nilai investasi sebesar Rp361,6 triliun.

Dari sumbangsih senilai Rp122 triliun tersebut, penanaman modal dalam negeri (PMDN) berada di angka Rp46,2 triliun. Sedangkan, penanaman modal asing (PMA) mampu menembus hingga US$5,6 miliar atau Rp75,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper