Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan kuantitas dan kualitas produk lokal diperlukan untuk mencegah impor barang, sehingga bisa menekan defisit neraca perdagangan.
Anggota DPR Komisi XI Hendrawan Supratikno mengatakan, salah satu contoh penguatan produk lokal tersebut adalah dengan mencampurkan sawit ke dalam bahan bakar minyak atau biodiesel sebesar 20% (B20) untuk mencegah peningkatan impor migas.
"Program peningkatan penggunaan biodiesel bisa dijalankan sesuai rencana," katanya.
Selain itu, politisi PDI-P ini meminta adanya pemberian insentif bagi industri pengolahan yang bisa menghasilkan produk dengan konten lokal yang besar.
"Hilirisasi industri juga harus dilakukan secara serius agar produk-produk ekspor mempunyai nilai tambah yang tinggi," kata Hendrawan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit hingga US$2,03 miliar.
Defisit neraca perdagangan tersebut berasal dari impor yang telah mencapai US$18,27 miliar serta ekspor yang baru mencapai US$16,24 miliar.
Salah satu pemicu tingginya impor tersebut adalah migas yang menyumbang defisit sebesar US$1,19 miliar dolar AS.
Impor nonmigas juga memberikan kontribusi terhadap tingginya defisit neraca perdagangan yaitu sebesar US$0,84 miliar.
Meski demikian, pengamat ekonomi Lana Soelistianingsih melihat impor nonmigas yang dominan disumbangkan oleh bahan baku maupun bahan penolong bermanfaat untuk mendorong investasi.
"Ini menunjukkan kegiatan ekonomi atau industri mungkin sudah membaik, karena ada permintaan bahan kimia organik. Kemudian besi dan baja untuk sektor konstruksi," ujarnya.
Menurut dia, peningkatan impor bahan baku maupun bahan penolong ini bisa memberikan kontribusi kepada pertumbuhan investasi maupun ekspor dalam tiga bulan ke depan.
Terkait upaya penurunan impor migas, Lana mengharapkan pemerintah segera merealisasikan kebijakan biodiesel atau membangun kilang agar impor komponen migas tidak lagi membebani neraca perdagangan.
Meski tergerus oleh impor migas, neraca perdagangan tertolong oleh ekspor nonmigas yang tercatat mencapai US$14,81 miliar atau tumbuh 19,03% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Kinerja ekspor nonmigas merupakan pencapaian yang baik mengingat tekanan global, yang menekan permintaan di berbagai negara mitra dagang, belum sepenuhnya reda.