Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Ingin Jadi Trade Hub Asean pada 2020, Mungkinkah?

Ambisi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai trade hub (simpul perdagangan) Asia Tenggara pada 2020 dinilai bakal sulit untuk terwujud.
Kuala Tanjung/bumn.go.id
Kuala Tanjung/bumn.go.id

Bisnis.com, JAKARTA — Ambisi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai trade hub (simpul perdagangan) Asia Tenggara pada 2020 dinilai bakal sulit untuk terwujud.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardhana mengatakan, kalangan pengusaha mendukung  target pemerintah tersbeut. Namun, dia  meminta agar pemerintah berkaca dengan kondisi terkini Indonesia, yang masih sangat tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.

“Kita tidak boleh menepuk dada, bahwa kita sudah sedemikian maju pada 2020. Kita haru lihat pula, negara lain juga sedang berpacu untuk melompat ke sistem perdagangan dan  pelabuhan internasional dengan teknologi maju,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (13/8/2018).

Dia pun mengingatkan, bukan hal mudah untuk mengundang perusahaan logistik dan pelayaran internasional untuk sandar di pelabuhan Indonesia, meskipun pelabuhan Indonesia secara infrastruktur telah siap.

Pasalnya, sebut Danang, pelabuhan Singapura  dan Malaysia telah melakukan kontrak jangka panjang dengan para pengusaha pelayaran internasional agar dapat sandar di pelabuhan negara-negara tersebut.

Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno pun menilai target pemerintah tersebut sangat sulit tercapai. Pasalnya, infrastruktur perdagangan Internasional Indonesia masih sangat terbatas.

Di sisi lain, Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan  berpendapat, Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang sangat berat untuk menyamai atau menyaingi Singapura dan Malaysia sebagai simpul perdagangan Asean. 

Pasalnya, sebut Yukki, posisi geografis Indonesia tidak terlalu menguntungkan karena berada di ujung Asia Tenggara.

“Belum lagi kalau dilihat, pelabuhan Singapura sudah berkembang  menjadi pelabuhan berteknologi tinggi. Kapasitas mereka pun ditargetkan akan mencapai 70 juta TEUs pada 2 tahun ke depan,” ujarnya. 

Terpisah, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri menyebutkan, target tersebut sejatinya telah dicanangkan sejak 2016 setelah pemerintah mengebut sejumlah proyek infrastruktur penunjang.

“Indonesia kan sudah punya sekitar 42 Pusat Logistik Berikat [PLB], belum lagi kita punya pelayaran direct call milik maskapai CMA CGM dari Tanjung Priok menuju Los Angeles. Hal itu jadi bekal kuat buat Indonesia [menjadi trade hub],” ujar Kasan.

Dia juga menjelaskan, ambisi tersebut akan semakin mudah terwujud setelah rute One Belt One Road (OBOR) China melintasi jalur laut Tanah Air. Terlebih, RI juga sedang mengembangkan pelabuhan Kuala Tanjung, Belawan, dan Bitung sebagai unjung tombak pelayaran internasional Indonesia.

Alhasil, dia memperkirakan, aktivitas perdagangan Indonesia akan melonjak tajam. Menurut proyeksinya, dengan menyaingi posisi Singapura sebagai simpul perdagangan Asean, nilai ekspor Indonesia akan menjadi yang nomor satu di Asia Tenggara.

Seperti diketahui, berdasarkan data ASEANSTAT, pada 2017 posisi ekspor Indonesia berada di peringkat kelima di Asean dengan US$168,8 miliar. Adapun, di peringkat pertama, nilai ekspor Singapura pada periode yang sama mencapai US$383,8 miliar.

Kendati demikian, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai target untuk menjadi simpul perdagangan Asean pada 2020 tersebut terlampau ambisius.  

“Lebih baik Indonesia fokus ke production hub [simpul produksi]. Sebab sangat sulit untuk menyaingi Singapura dan Malaysia. Sementara RI berusaha menyamai mereka [Singapura dan Malaysia], mereka juga sedang berkembang pesat,” katanya.

Menurutnya, target menjadi simpul produksi di Asean lebih masuk akal lantaran karakter Indonesia yang memiliki industri, suber daya dan luasan wilayah yang lebih besar dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.

Sekedar informasi, pembangunan Kuala Tanjung ditargetkan baru akan selesai , pada 2023 dan mampu menampung 25 juta TEUs per tahun. Adapun saat ini, di sepanjang Selat Malaka kapasitas  Pelabuhan Singapura telah mencapai 32 juta TEUs, Pelabuhan Tanjung Pelepas 15 juta TEUs, Port Klang 12 juta TEUs, dan Pelabuhan Johor 10 juta TEUs.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper